Thursday 13 June 2024

Khutbah Jum'at tema Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman Dan Akhlaq (Terbaru)

 Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman Dan Akhlaq

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Marilah kita terus meningkatkan iman taqwa kita kepada Allah SWT. dengan selalu melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya, sekaligus kita syukuri ni’mat pemberianNya yang tiada terbatas dengan selalu mengucapkan “Alhamdulillah”.

Shalawat dan Taslim Kita persembahkan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Serta para sahabat keluarga dan ahli warisnya sekalian.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Ada gelombang dahsyat yang menimpa ummat Islam sedunia, yaitu gelombang budaya jahiliyah yang merusak akhlaq dan aqidah manusia yang disebarkan lewat televisi dan media lainnya. Gelombang itu pada hakekatnya lebih ganas dibanding senjata-senjata nuklir yang sering dipersoalkan secara internasional.  gelombang dahsyat itu  sasarannya merusak akhlaq dan aqidah, sedang yang paling menjunjung tinggi akhlaq dan aqidah itu adalah Islam, maka yang paling prihatin dan menjadi sasaran adalah ummat Islam. Hingga, sekalipun gelombang dahsyat itu telah melanda seluruh dunia, namun pembicaraan hanya sampai pada tarap keluhan para ulama dan Muslimin yang teguh imannya, serta sebagian ilmuwan yang obyektif.

Gelombang dahsyat itu tak lain adalah budaya jahiliyah yang disebarkan lewat aneka media massa, terutama televisi, hp, VCD, radio, majalah, tabloid, koran,dan buku-buku yang merusak akhlak.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Dunia Islam seakan menangis menghadapi gelombang dahsyat itu. Bukan hanya di Indonesia, namun di negara-negara lain pun dilanda gelombang dahsyat yang amat merusak ini.

Di antara pengaruh negatif televise dan hp adalah membangkitkan naluri kebinatangan secara dini... dan dampak dari itu semua adalah merosotnya akhlak dan kesalahan yang sangat mengerikan yang dirancang untuk menabrak norma-norma masyarakat. Ada sejumlah contoh bagi kita dari pengkajian Charterz (seorang peneliti) yang berharga dalam masalah ini di antaranya ia berkata: “Sesungguhnya pembangkitan syahwat dan penayangan gambar-gambar porno, dan visualisasi (penampakan gambar) trik-trik porno, di mana sang bintang film menanamkan rasa senang dan membangkitkan syahwat bagi para penonton dengan cara yang sangat fulqar  bagi kalangan anak-anak dan remaja itu amat sangat berbahaya.”

Peneliti ini telah mengadakan statistik kumpulan film-film yang ditayangkan untuk anak-anak sedunia, ia mendapatkan bahwa:

  • 29,6% film anak-anak bertemakan seks
  • 27,4% film anak-anak tentang menanggulangi kejahatan
  • 15% film anak-anak berkisar sekitar percintaan dalam arti syahwat buka-bukaan.

Terdapat pula film-film yang menampilkan kekerasan yang menganjurkan untuk balas dendam, memaksa, dan brutal.

Hal itu dikuatkan oleh sarjana-sarjana psikologi bahwa berlebihan dalam menonton program-program televisi dan film mengakibatkan kegoncangan jiwa dan cenderung kepada sifat dendam dan merasa puas dengan nilai-nilai yang menyimpang. (Thibah Al-Yahya, Bashmat ‘alaa waladi/ tanda-tanda atas anakku, Darul Wathan, Riyadh, cetakan II, 1412H, hal 28).

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Jangkauan lebih luas

Apa yang dikemukakan oleh peneliti beberapa tahun lalu itu ternyata tidak menjadi peringatan bagi para perusak akhlaq dan aqidah. Justru mereka tetap menggencarkan program-programnya dengan lebih dahsyat lagi dan lebih meluas lagi jangkauannya, melalui produksi VCD dan CD yang ditonton oleh masyarakat, dari anak-anak sampai kakek- nenek, di rumah masing-masing. Gambar-gambar yang merusak agama itu bisa disewa di pinggir-pinggir jalan atau dibeli di kaki lima dengan harga murah. Video dan komputer/ CD telah menjadi sarana penyaluran budaya kaum jahili untuk merusak akhlaq dan aqidah ummat Islam. Belum lagi situs-situs porno di internet.

Budaya jahiliyah itu jelas akan menjerumuskan manusia ke neraka. Sedangkan Allah Subhannahu wa Ta'ala memerintahkan kita agar menjaga diri dan keluarga dari api Neraka. Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim: 6).

 

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Sirkulasi perusakan akhlaq dan aqidah

Dengan ramainya lalulintas tayangan yang merusak aqidah dan akhlaq lewat berbagai jalur itu penduduk dunia -dalam pembicaraan ini ummat Islam-- dikeroyok oleh syetan-syetan perusak akhlaq dan aqidah dengan aneka bentuk. Dalam bentuk gambar-gambar budaya jahiliyah, di antaranya disodorkan lewat televisi, film-film di VCD, CD, bioskop, gambar-gambar cetak berupa foto, buku, majalah, tabloid dsb. Bacaan dan cerita pun demikian.

Tayangan, gambar, suara, dan bacaan yang merusak aqidah dan akhlaq itu telah mengeroyok Muslimin, kemudian dipraktekkan langsung oleh perusak-perusak aqidah dan akhlaq dalam bentuk diri pribadi, yaitu perilaku. Lalu masyarakatpun meniru dan mempraktekkannya. Sehingga praktek dalam kehidupan sehari-hari yang sudah menyimpang dari akhlaq dan aqidah yang benar itupun mengepung ummat Islam.

Dari sisi lain, praktek tiruan dari pribadi-pribadi pendukung kemaksiatan itupun diprogramkan pula untuk dipompakan kepada masyarakat dengan aneka cara, ada yang dengan paksa, misalnya menyeragami para wanita penjaga toko dengan pakaian ala jahiliyah. Sehingga, ummat Islam didesak dengan aneka budaya yang merusak aqidah dan akhlaq, dari yang sifatnya tontonan sampai praktek paksaan.

Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam  memperingatkan agar ummat Islam tidak mematuhi suruhan siapapun yang bertentangan dengan aturan Allah swt. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam Bersabda:

لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى. (رواه أحمد في مسنده  20191).

“Tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat pada Allah Tabaraka wa Ta’ala.” ( Hadits Riwayat Ahmad, dalam Musnadnya nomor 20191).

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Sikap Ummat Islam

Masyarakat Muslim pun beraneka ragam dalam menghadapi kepungan gelombang dahsyat itu. Golongan pertama, prihatin dengan bersuara lantang di masjid-masjid, di majlis-majlis ta’lim dan pengajian, di tempat-tempat pendidikan, dan di rumah masing-masing. Mereka melarang anak-anaknya menonton televisi karena hampir tidak diperoleh manfaat darinya, bahkan lebih besar madharatnya. Mereka merasakan kesulitan dalam mendidikkan anak-anaknya. Kemungkinan, tinggal sebagian pesantrenlah yang relatif lebih aman dibanding pendidikan umum yang lingkungannya sudah tercemar akhlaq buruk.

Ummat Islam adalah golongan pertama yang ingin mempertahan-kan aqidah dan akhlaq anak-anaknya itu, di bumi zaman sekarang ini ibarat orang yang sedang dalam keadaan menghindar dari serangan musuh. Harus mencari tempat perlindungan yang sekira-nya aman dari aneka “peluru” yang ditembakkan. Sungguh!

Golongan kedua, Ummat Islam yang biasa-biasa saja sikapnya. Diam-diam masyarakat Muslim yang awam itu justru menikmati aneka tayangan yang sebenarnya merusak akhlaq dan aqidah mereka dengan senang hati. Mereka beranggapan, apa-apa yang ditayangkan itu sudah lewat sensor, sudah ada yang bertanggung jawab, berarti boleh-boleh saja. Sehingga mereka tidak merasa risih apalagi bersalah. Hingga mereka justru mempersiap-kan aneka makanan kecil untuk dinikmati sambil menonton tayangan-tayangan yang merusak namun dianggap nikmat itu. Sehingga mereka pun terbentuk jiwanya menjadi penggemar tayangan-tayangan itu, dan ingin mempraktekkannya dalam kehidupan. Tanpa disarari mereka secara bersama-sama dengan yang lain telah jauh dari agamanya.

Golongan ketiga, masyarakat yang juga mengaku Islam, tapi lebih buruk dari sikap orang awam tersebut di atas. Mereka berangan-angan, betapa nikmatnya kalau anak-anaknya menjadi pelaku-pelaku yang ditayangkan itu. Entah itu hanya jadi penjoget di belakang penyanyi (namanya penjoget latar), atau berperan apa saja, yang penting bisa tampil. Syukur-syukur bisa jadi bintang top yang mendapat bayaran besar. Mereka tidak lagi memikir tentang akhlaq, apalagi aqidah. Yang penting adalah hidup senang, banyak duit, dan serba mewah, kalau bisa agar terkenal. Untuk mencapai ke “derajat” itu, mereka berani mengorbankan segalanya termasuk apa yang dimiliki anaknya. Na’udzubillaah. Ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang yang tahu tentang itu. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Golongan pertama yang ingin mempertahankan akhlaq dan aqidah itu dibanding dengan golongan yang ketiga yang berangan-angan agar anaknya ataupun dirinya jadi perusak akhlaq dan aqidah, boleh jadi seimbang jumlahnya. Lantas, golongan ketiga --yang ingin jadi pelaku perusak akhlaq dan aqidah itu-- digabung dengan golongan kedua yang merasa nikmat dengan adanya tayangan maksiat, maka terkumpullah jumlah mayoritas. Hingga Muslimin yang mempertahankan akhlaq dan aqidah justru menjadi minoritas.

Itu kenyataan. Buktinya, kini masyarakat jauh lebih meng-unggulkan pelawak daripada ulama’. Lebih menyanjung penyanyi dan penjoget daripada ustadz ataupun kiyai. Lebih menghargai bintang film daripada guru ngaji. Dan lebih meniru penjoget daripada imam masjid dan khatib.

Ungkapan ini secara wajar tampak hiperbol, terlalu didramatisir secara akal, tetapi justru secara kenyataan adalah nyata. Bahkan, bukan hanya suara ulama’ yang tak didengar, namun Kalamullah pun sudah banyak tidak didengar. Sehingga, suara penyayi, pelawak, tukang iklan dan sebagainya lebih dihafal oleh masyarakat daripada Kalamullah, ayat-ayat Al-Quran. Fa nastaghfirulaahal ‘adhim.

Tayangan-tayangan televisi dan lainnya telah mengakibatkan berubahnya masyarakat secara drastis. Dari berakhlaq mulia dan tinggi menjadi masyarakat tak punya filter lagi. Tidak tahu mana yang ma’ruf (baik) dan mana yang munkar (jelek dan dilarang). Bahkan dalam praktek sering mengutamakan yang jelek dan terlarang daripada yang baik dan diperintahkan oleh Allah SWT.

Berarti manusia ini telah merubah keadaan dirinya. Ini mengakibatkan dicabutnya ni’mat Allah akibat perubahan tingkah manusia itu sendiri, dari baik menjadi tidak baik. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d/ 13:11).

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Mencampur kebaikan dengan kebatilan

Kenapa masyarakat tidak dapat membedakan kebaikan dan keburukan? Karena “guru utama mereka” adalah televisi dan hp. Sedang program-programnya adalah menampilkan aneka macam yang campur aduk. Ada aneka macam kebohongan misalnya iklan-iklan yang sebenarnya bohong, tak sesuai dengan kenyataan, namun ditayangkan terus menerus. Kebohongan ini kemudian dilanjutkan dengan acara tentang ajaran kebaikan, nasihat atau pengajian agama. Lalu ditayangkan film-film porno, merusak akhlaq, merusak aqidah, dan menganjurkan kesadisan. Lalu ditayangkan aneka macam perkataan orang dan berita-berita yang belum tentu mendidik. Sehingga, para penonton lebih-lebih anak-anak tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Masyarakat pun demikian. Hal itu berlangsung setiap waktu, sehingga dalam tempo sekian tahun, manusia Muslim yang tadinya mampu membedakan yang haq dari yang batil, berubah menjadi manusia yang berfaham menghalalkan segala cara, permissive atau ibahiyah, apa-apa boleh saja.

Munculnya masyarakat permissive itu karena adanya penyingkiran secara sistimatis terhadap aturan yang normal, yaitu larangan mencampur adukkan antara yang haq (benar) dan yang batil. Yang ditayangkan adalah jenis pencampur adukan yang haq dan yang batil secara terus menerus, ditayangkan untuk ditonton oleh masyarakat. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala telah melarang pencampur adukan antara yang haq dengan yang batil:

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 42).

Dengan mencampur adukkan antara yang benar dengan yang batil secara terus menerus, akibatnya mempengaruhi manusia untuk tidak menegakkan yang haq/ benar dan menyingkirkan yang batil. Kemudian berakibat tumbuhnya jiwa yang membolehkan kedua-duanya berjalan, akibatnya lagi, membolehkan tegaknya dan merajalelanya kebatilan, dan akibatnya pula menumbuhkan jiwa yang berpandangan serba boleh. Dan terakhir, tumbuh jiwa yang tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lantas, kalau sudah tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang haq dan mana yang batil, lantas keimanannya di mana?

Menipisnya keimanan itulah bencana yang paling parah yang menimpa ummat Islam dari proyek besar-besaran dan sistimatis serta terus menerus yang diderakan kepada ummat Islam sedunia. Yaitu proyek mencampur adukkan antara kebaikan dan keburukan lewat aneka tayangan.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

 

Khutbah Kedua 

      الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَحَابَةِ وَالتَابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَابِعِيْنَ وَالتَابِعِيْنَ لَهُمْ  بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِيْنِ.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ  إنّكَ سميع قريب مجيب الدعوات وقاضي الحاجات وغافر الذنوب والخطيئات، برحمتك يا أرحم الراحمين.

اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

اللّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ وَعَلَى طَاعَتِكَ.

اللّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ المُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الإِسْلاَمِ وَالمُسْلِمِيْنَ.

اللّهُم،َ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الذِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا التِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا.

اللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاَءَ وَالوَبَاءَ وَالفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالغَلاَءِ وَالمِحَنِ وَالفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هذِهِ خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. يا ربّ العالمين.

ربّنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.

عباد الله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم، ولذكر الله أكبر.

Khutbah Jum'at tema Fenomena Ummat di Akhir Zaman (Terbaru)

 


Fenomena Ummat di Akhir Zaman

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ.

اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.

Marilah kita terus meningkatkan iman taqwa kita kepada Allah SWT. dengan selalu melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya, sekaligus kita syukuri ni’mat pemberianNya yang tiada terbatas dengan selalu mengucapkan “Alhamdulillah”.

Shalawat dan Taslim Kita persembahkan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Serta para sahabat keluarga dan ahli warisnya sekalian.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Kurang lebih lima belas abad yang silam, ketika dunia tengah tenggelam dalam kegelapan jahiliyah, ketika manusia terlena dengan dosa dan kemungkaran, secerca pengetahuan dan petunjuk kebenaran muncul dari cakrawala perbukitan “Bakkah”. Cahayanya menyebar ke Timur, Barat, Utara dan Selatan, sehingga mencapai keseluruh dunia. Hanya dalam waktu singkat, yakni selama 23 tahun, jalan yang ditunjukkan oleh cahaya tersebut telah dilalui oleh ummat manusia sehingga mereka mencapai kemuliaan sedemikian tingginya, suatu kemuliaan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Dengan mengikuti petunjuk kebenaran dari cahaya tersebut, ummat Islam memperoleh keberhasilan demi keberhasilan dan mencapai puncak kemuliaan dalam sejarah. Selama beberapa abad lamanya ummat Islam memimpin dunia dengan penuh keagungan dan kekuatan, sehingga tidak ada kekuatan dimasa itu yang berani menantangnya.

Sayang seribu sayang, kenyataan ini hanya tinggal cerita yang tidak bermakna. Kejayaan Islam dimasa lalu, hanya tinggal kenangan, tinggal dalam buku sejarah yang memenuhi perpustakaan Islam, hanya tinggal bacaan bagi pelajar dan mahasiswa, hanya dijadikan pengantar untuk naik tingkat atau lulus ujian.

Ummat Islam kini telah terpuruk ketingkat yang paling parah, lebih buruk dari masa jahiliyah. Betapa tidak, kalau dimasa jahiliyah orang-orang kafir menginjak-injak kebenaran, kini ummat Islam sendiri yang telah menghina kebenaran. Kini ummat Islam semakin memilukan.

Islam bukan saja dihancurkan oleh kaum kuffar, tetapi juga sedang dihancurkan oleh ummat Islam itu sendiri. Dimana-mana hal-hal yang keji, kefasikan dan kejahatan telah meningkat dengan cepat, tidak ada lagi yang tersembunyi dihadapan kita. Sikap acuh tak acuh terhadap agama, menghina dan meremehkan, sudah menjadi kebiasaan umum pada zaman ini.

Sungguh…, zaman semakin menunjukkan tanda-tanda yang memprihatinkan. Ummat manusia sudah berada dipuncak kerusakan moral yang semakin parah. Ummat Islam yang Fenomena ummat di akhir zaman semestinya memberi contoh kepada umat yang lain, justru telah melakukan pelanggaran melampaui ambang batas.

Tanda-tanda akhir zaman semakin nampak, kriminal semakin meluas, penyalah gunaan narkoba semakin mewabah, konflik antar etnis semakin melebar, pembunuhan semakin sadis, zina semakin terang-terangan, sementara upaya penanggulangannya hampir tidak lagi manjur. Ibarat pengobatan, pasien bukan saja bertambah parah melainkan para “dokterpun telah tertular berbagai penyakit. Ancaman langit yang datang silih berganti hampir tidak lagi dihiraukan. Dimana-mana orang terus tidak perduli. Kriminal, konflik, perpecahan, demontrasi, zina, narkoba, banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, semuanya adalah ancaman.

Kini siaga satu langit sedang mengintip setiap kelengahan, tujuh puluh dua kejadian diakhir zaman yang disebut oleh para Ulama, sebagian besar sudah terjadi. Itu berarti kita tinggal menunggu malapetaka lebih besar yang akan datang menerjang semua orang.

Kalau para Pemimpin tidak segera menyatukan langkah antisipasi, terutama Pejabat dan Ulama tidak lagi mau bekerja sama mengatasi semua ini, maka ummat ini akan semakin jauh dan akan ramailah bumi ini dengan pelanggaran hukum, kekerasan dan sebagainya.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Sebenarnya Para Ulama mengatakan bahwa bencana itu hanya tinggal menunggu waktu, apabila manusia makin tidak perduli, maka akan datang bencana yang sangat mengerikan, bencana yang tidak seorangpun mengetahuinya. Allah SWT. telah menyatakan hal itu dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 16 :[1]

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

 “Dan jika Kami hendak menghancurkan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mena’ati Allah) tetapi mereka melakukan kefasikan di dalamnya, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”.

Kata “Kami hendak menghancurkan suatu negeri” adalah isyarat bahwa Allah yang menghancurkan karena kedurhakaan mereka, karena maksiat yang melampaui batas.

Di dalam Surat Al-Isra ayat 58 Allah Berfirman :[2]

وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا

 “Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya) melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami adzab (penduduknya) dengan adzab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis dalam kitab (Lauhil mahfuzh)”. Al-Israa 58.

Inilah peringatan keras dari Allah kepada semua orang, kata “Kami hancurkan” dalam ayat diatas, bisa jadi lebih dahsyat dari Badai Tsunami Aceh. Bahkan disini ada dua ancaman besar: “Kami hancurkan atau Kami akan kirimkan adzab yang dahsyat. Kedua-duanya adalah ancaman untuk semua Negara, apalagi Indonesia yang telah lebih dahulu menerima Badai Tsunami Aceh.

Ingat…! Sebelum kiamat ada bencana besar, ada negeri yang akan dihancurkan, ada negeri yang akan ditenggelamkan. Awas peringatan keras dari langit..! Dan ancaman itu bisa jadi seperti kebinasaan ummat-umat terdahulu.

Kita semua tidak tahu, apakah sebelum kiamat yang disebutkan dalam ayat diatas, sebelum kiamat 100 tahun, atau 50 tahun atau 10 tahun. Wallahu A’lam hanya Allah yang Maha Tahu.

Namun bagi orang-orang yang beriman tentu tidak menunggu setelah terjadi baru percaya, setelah hancur baru menyesal, melainkan harus segera mempersiapkan diri mengatasi kemungkaran dengan menggiatkan dakwah dan do’a.

Kita semua terancam dibenamkan kebumi, terancam dihempas badai, terancam dikirim batu kerikil dari langit, terancam tenggelam dan sebagainya, seperti yang dinyatakan Allah SWT dalam FirmanNya Surat Al-Ankabuut 40:[3]

فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan hujan batu kerikil, dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan kedalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”.

Kita garis bawahi “Kami siksa disebabkan dosanya” bukan gejolak alam, bukan hutan gundul, bukan gesekan lempengan bumi seperti yang dikatakan kebanyakan orang, tapi karena dosa, karena kemungkaran, karena kriminal, karena khamar, karena judi, karena shalat telah diabaikan, karena wanita bebas berkeliaran dengan pakaian setengah telanjang dan sebagainya.

Jadi solusinya hentikan kemungkaran, hentikan khamar, hentikan judi, hentikan zina, hentikan wanita setengah telanjang, hentikan hujat menghujat, hentikan demonstrasi, hentikan tuduh menuduh dan sebagainya.

Semua ancaman diatas telah disebut sejak 1400 tahun silam oleh Allah SWT. sama-sama adalah ancaman besar yang sudah dipersiapkan Allah untuk menerjang semua orang yang tidak perduli dengan keterpurukan moral yang melanda ummat dizaman ini.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Ummat sedang sakit parah…, namun karena sakit itu tersembunyi dibagian dalam alias sakit ruhani, maka kebanyakan orang merasa tidak sedang sakit. Mereka merasa tidak melakukan dosa. Banyak orang yang lebih mengetahui dosa orang lain karena setiap hari disiarkan, setiap hari dibicarakan di publikasikan.

Berbahaya..! Ummat sedang digiring melakukan ghibah masal, ummat sedang beramai-ramai menonton perbuatan dosa, ummat sedang melakukan dosa besar, sehingga makin hari ummat semakin tidak menyadari kesalahannya. Masjid-masjid yang menjadi indikasi keta’atan ummat, semakin sepi pengunjung, sebaliknya tempat-tempat maksiat semakin banyak peminat.

Mari segera kita kembali kepada Allah dengan mengamalkan agama, mari segera kita da’wahkan pentingnya iman dan amal shaleh, mari kita ajak semua orang untuk memakmurkan masjid, mari kita saling mendoakan antara satu dengan lainnya, mari kita bersatu menumpas kebatilan yang semakin merajalela agar kita tidak dihukum dunia akhirat.[4]

Semoga Allah memberi kita kekuatan lahir batin untuk mengamalkan ajaran agama dengan sempurna. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin……………….!

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua

      الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَحَابَةِ وَالتَابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَابِعِيْنَ وَالتَابِعِيْنَ لَهُمْ  بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِيْنِ.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ  إنّكَ سميع قريب مجيب الدعوات وقاضي الحاجات وغافر الذنوب والخطيئات، برحمتك يا أرحم الراحمين.

اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

اللّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ وَعَلَى طَاعَتِكَ.

اللّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ المُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الإِسْلاَمِ وَالمُسْلِمِيْنَ.

اللّهُم،َ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الذِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا التِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا.

اللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاَءَ وَالوَبَاءَ وَالفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالغَلاَءِ وَالمِحَنِ وَالفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هذِهِ خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. يا ربّ العالمين.

ربّنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.

عباد الله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم، ولذكر الله أكبر.

 

 



[1] Qur’an Hafalan dan Terjemahan, (Jakarta: Almahira, 2016) hlm, 283.

[2] Ibid, hlm, 287

[3] Qur’an Hafalan dan Terjemahan, (Jakarta: Almahira, 2016) hlm, 401.