Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan islam di Andalusia
(Spanyol)
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Ust.Taufik Rizki Sista, M.Pd.I
Oleh:
Karim Abdillah
Fedhyan Zuhri
Gatot Handoko
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM
GONTOR
1438/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan
Islam pada masa Dinasti Umayyah adalah salah satu obyek sejarah yang dibahasa
dalam sejarah pendidikan islam. Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung
sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya
manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang
bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al
Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW
menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya. Pembahasan tentang pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima periodisasi, yaitu periode
pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, periode pertumbuhan
pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir
Bani Umayyah, periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang
berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad, periode
kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir
ke tangan Napoleon.
Sejarah
Pendidikan Islam pada hakekatnya sangat berkaitan erat dengan sejarah Islam.
Periodesasi pendidikan Islam selalu berada dalam periode sejarah Islam itu
sendiri. Secara garis besarnya Sejarah pendidikan Islam ke dalam lima periode,
yaitu: Periode Nabi Muhammad SAW (571-632 M), periode Khulafa ar Rasyidin
(632-661 M), periode kekuasaan Daulah Umayyah (661-750 M), periode kekuasaan
Abbasiyah (750-1250 M) dan periode jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad
(1250-sekarang).
Dalam
makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang Dinamika Pendidikan Islam
Pada Masa Dinasti Umayah Di Andalusia (Spanyol). dan periode kejayaan (puncak
perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah
Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu
aqliyah dan timbulnya madrasah serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
Pembahasan pada periode kejayaan ini merupakan rangkaian pembahasan sejarah
pendidikan Islam. Karena pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah seperti halnya
sejarah pendidikan Islam selalu berkaitan dengan peristiwa lainnya yang saling
berhubungan yang mengakibatkan terjadinya rentetan peristiwa serta memberinya
dinamisme dalam waktu dan tempat.
Semoga
dengan makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan tentang peristiwa sejarah
khususnya sejarah pendidikan Islam pada masa bani Umayyah dan masa bani
Abbasiya.
B.
Rumusan dan Batasan Makalah
1. Bagaimana Sejarah Singkat Islam Masuk ke
Andalusia?
2. Bagaimana dinamika Pendidikan Islam pada
masa Dinasti Umayyah?
3. Bagaimana dinamika Pendidikan Islam pada
masa Dinasti Abbasiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Islam Masuk Ke Andalusia
Pada
periode klasik paruh pertama masa kemajuan ( 650-1000 M), wilayah kekuasaan
Islam meluas melalui Afrika Utara ( Aljazair dan Maroko) sampai ke Spanyol di
Barat.[1]
Spanyol adalah nama baru dari Andalusia zaman dahulu. Nama Andalusia berasal
dari suku ( Vendalus ) yang menaklukkan Eropa Barat dimasa lalu sebelum bangsa
Goth dan Arab (Islam). Kondisi Andalusia pra kedatangan Islam sungguh sangat
memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan
pemerintahannya dengan keras. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia
menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil
sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan
mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di Andalusia.
Ketika
Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik (al-Walid I )
(naik takhta 86 H 1705 M ), khalifah keenam. la menunjuk Musa bin Nusair
sebagai gubernur di Afrika Utara Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika
sebagian barat dapat di kuasai kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu
berada di bawah kekuasaan Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu
menguasai bagian barat sampai Andalusia. Penaklukan Islam di Andalusia tidak terlepas dari kepiawaian tiga heroic
Islam, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan
bani umayyah ke Andalusia diawali oleh
rintisan Tharif ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa,
upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai
ibu kota Andalusia, Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan
Cordova. Bahkan raja Roderick (raja terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan
pada tahun 711 M
Keberhasilan
Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah Islam dicatat
sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan
pada waktu yang sama oleh Musa bin Nushair yang akhirnya mampu menguasai
Andalusia bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq, tanpa memperoleh
perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan
dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke tangan Islam. Pada saat itu
kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik hanya
menjadikan daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia menunjuk Musa bin
Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan di Afrika Utara. Ketika dinasti
umayyah di damaskus runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh
seorang pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Mu’awiyah ibn Hisyam yang berhasil
lolos dari buruan bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian berhasil mendirikan kembali
daulah bani umayyah di Andalusia.
Islam
masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan Tariq bin
Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan
membawa 7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai
12.000 pasukan, pada 19 Juli 711
berhadapan dengan pasukan Raja
Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna janda dan berhasil
mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk memudahkan
pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa
mengalami perlawanan berarti.
B. Dinamika Pertumbuhan Pendidikan Islam Pada
Masa Dinasti Umayah
Islam
di Andalusia telah mencatat satu lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat
brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII.
Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan serta filsafat mulai
dikembangkan pada abad IX M. selama pemerintahan penguasa Bani Umayah yang
ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).[2]
1. Kurikulum Pendidikan Bani Umayah
Kurikulum
pendidikan pada Bani Umayyah meliputi :
a.
Ilmu agama
yakni Al-Qur’an, Hadis dan Fikih. Sejarah mencatat bahwa pada masa khalifah Umar Ibn Abd al-Aziz (99-10 H) dilakukan proses pembukuan Hadis, sehingga studi
Hadis mengalami perkembangan yang pesat.
b.
Ilmu sejarah
dan geografi yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah
dan riwayat.
c. Ilmu
Pengetahuan bidang bahasa,yaitu segala Ilmu yang mempelajari
bahasa,nahwu,saraf,dan lain-lain.
d.
Filsafat yaitu
segala ilmu pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik,kimia,astronomi,ilmu hitung dan ilmu yang behubungan dengan hal
tersebut, dan ilmu Kedokteran.
Kurikulum
pelajaran selanjutnya diatur secara lebih khsusus pada setiap lembaga
pendidikan. Untuk pendidikan di istana misalnya diajarkan tentang Al-Qur’an,
Al-Hadis, syair-syair yang terhormat riwayat para hukama (filsuf), membaca,
menulis, berhitung, dan ilmu-ilmu umum lainnya.
Adapun pola
pendidikan Islam pada masa bani umayya di Andalusia secara garis besar adalah
sebagai berikut.[3]
a.
Kuttab
Umat
muslim Andalusia telah menoreh catatan sejarah yang mengagumkan dalam bidang
intelektual, banyak perestasi yang mereka peroleh khususnya perkembangan
pendidikan Islam. Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat
tergantung pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan pendidikan.
Menurut Abuddin Nata, di Andalusia menyebar lembaga pendidikan yang dinamakan
Kuttab. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan
rapi dan para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan
diantaranya Fiqih, Bahasa dan sastra, serta music dan kesenian :
1)
Fiqh
Dalam bidang fiqih, karena Spanyol Islam menganut mazhab Maliki,
maka para ulama memperkenalkan materi-materi fiqih dari mazhab Imam Maliki.
Para Ulama yang memperkenalkan mazhab ini adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa
Hisyam ibn Abd Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya adalah Abu bakar idn
Al-Quthiyah, Munzir ibn Said Al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.[4]
2)
Bahasa dan
Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi
dalam pemerintah Islam di Andalusia. Bahasa Arab ini diajarkan kepada
murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam maupun non-Islam. Dan hal ini
dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli
mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga
mereka terampil dalam berbicara maupun dalam tatabahasa. Di antara ahli bahasa
tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang kitab Alfiah, Ibn Sayyidih,
Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajjjj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasan Ibn Usfur, dan Abu
Hayyan Al-Garnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak
bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abidin Rabbih, al-Dzakhirah fi
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Basam, kitab al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn
Khaqan dan banyak lagi yang lainnya.
3)
Musik dan
Kesenian
Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Andalusia. Pada
dasarnya sya’ir mereka didasarkan pada model-model sya’ir Arab yang
membangkitkan sentiment prajurit dan interes faksional para penakluk Arab.
Dalam bidang musik dan suara, Islam di Andalusia mencapai
kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Ia selalu
tampil mempertunjukan kebolehannya. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia
menjadi orang termasyhur dikala itu, ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada
anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak,
sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[5]
b.
Pendidikan
Tinggi
Masyarakat
Arab yang berada di Andalusia merupakan pelopor peradaban dan kebudayaan juga
pendidikan, antara pertengahan abad kedelapan sampai dengan akhir abad
ketigabelas. Melalui usaha yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu
pengetahuan Islam dapat ditransmisikan ke Eropa. Bani Umayah yang berada
dibawah kekuasaan Al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah memberikan
banyak sekali penghargaan terhadap para sarjana. Ia telah membangun Universitas
Cordova berdampingan dengan Masji Abdurrahman III yang selanjutnya tumbuh
menjadi lembaga pendidikan yang terkenal diantara jajaran lembaga pendidikan
tinggi lainnya didunia. Universitas Coedova menandingi dua Universitas lainnya
yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizhamiyah di Bagdhad, dan telah menarik perhatian
para pelajar tidak hanya dari Spanyol ( Andalusia), tetapi juga dari
Negara-negara Eropa lainnya, Afrika dan Asia. Di antara para ulama yang
bertugas di Universitas Cordova adalah Ibn Qutaibah yang dikenal sebagai ahli
tata bahasa dan Abu Ali Qali yang dikenal sebagai pakar teologi. Universitas
ini memiliki perpustakaan yang menampung koleksi sekitar Empat Juta buku.
Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi Astronomi, Matematika,
Kedokteran, Teologi dan Hukum. Jumlah muridnya mencapai Seribu orang. Selain
itu di Andalusia juga terdapat Universitas Sevilla, Malaga dan Granada yang
didalamnya mengajarkan Mata Kuliyah Teologi, Hukum Islam, Kedokteran, Kimia,
Filsafat dan Astronomi.
c.
Filsafat
Atas
inisiatif Al-Hakam (961-976), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaannya dan
Universitas-Universitasnya mampu menyaingi Bagdhad sebagai pusat Utama ilmu
pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani
Umayah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof
besar pada masa sesudahnya.
Tokoh
utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad Ibn
Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Masalah yang dikemukakannya
bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu bakr ibn Thufail. Karya filsafatnya yang paling
terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian
akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang
terbesar digelanggang filsafat Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova yang
memiliki cirri khas yaitu kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah
Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang
keserasian filsafat dalam agama. Dia juga ahli fiqih dengan karyanya yang termasyhur
Bidayah al-Mujtahid.[6]
d.
Bidang Sains
Ilmu-ilmu
kedokteran, music, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas Ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia
adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya
Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya
gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan
bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz
adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Tokoh terkenal dalam
bidang kedokteran adalah Ibn Rusdy. Selain sebnagai filosof ia juga ahli
kedokteran. Namun kemahirannya dalam filsafat membuat keahlian dalam
kedokterannya tertutupi. Karya Monumentalnya dalam bidang ini adalah
al-Kulliyat fi al-Thibb (generalitas dalam kedokteran).
Dalam bidang
sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian Barat melahirkan banyak pemikir
terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri
muslim di Mediterania Sicilia. Dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
mencapai samudra Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat
Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah.
Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
C. Dinamika Pertumbuhan Pendidikan Islam pada
masa Abbasiya
Masa
kejayaan (Abbasiyah) merupakan satu periode dimana pendidikan Islam berkembang
pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah
(sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat
kebudayaan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam
membentuk pola kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan
yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan
pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.
Pada
masa kejayaan ini, pendidikan Islam merupakan jawaban terhadap tantangan
perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam telah berkembang
dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi puncak budaya umat manusia
pada masa itu. Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti
Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid (170-193 H). Karena
beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung
negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia
Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.[7]
1. kurikulum
Kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa.
Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah
adalah al Qur`an, agama, membaca, menulis, dan syair. Di istana-istana biasanya
ditegaskan pentingnya pengajaran khittabah, ilmu sejarah, cerita perang,
cara-cara pergaulan, ilmu-ilmu pokok seperti al Qur`an, syair dan fiqh. Di
lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, kurikulumnya adalah ilmu
agama dengan al Qur`an sebagai intinya. Selain itu hadits dan tafsir. Hadits
merupakan materi penting di masjid-masjid, karena kedudukannya sebagai sumber
agama Islam yang kedua, setelah al Qur`an. Sedangkan tafsir adalah ilmu yang
membahas kandungan al -Qur`an dengan penafsirannya.
Pelajaran
fiqh, merupakan materi kurikulum yang paling populer karena bagi mereka yang
ingin mencapai jabatan-jabatan dalam pengadilan harus mendalami bidang studi
tersebut. Banyaknya muslim yang tertarik pada ilmu fiqh karena besarnya
penghasilan yang diperoleh ahli-ahli fiqh dalam memecahkan masalah fiqhiyah
seperti masalah warisan menyebabkan berkembangnya kebiasaan buruk sebagaimana
yang dikritik oleh al Ghazali yaitu munculnya ahli fiqh yang memberikan
fatwa-fatwa demi mengharap imbalan harta.
Seni
berdakwah (retorika) juga membentuk bagian penting dalam pengajaran ilmu-ilmu
agama, karena kemampuan menyampaikan dakwah dengan meyakinkan dan pelajaran
yang ilmiah serta memainkan peranan penting dalam kehidupan keagamaan dan
pendidikan Islam di kalangan masyarakat muslim. Mata pelajaran retorika
teridiri dari tiga cabang yaitu al Ma`ani yang membahas perbedaan kalimat dan
bagaimana melafalkannya dengan jelas, al Bayan, yang mengajarkan seni
mengekspresikan ide-ide dengan fasih dan tidak mengandung arti ganda, dal al
Badi yang membahas kata-kata indah dan hiasan kata dalam pidato.
2. Metode
Pengajaran
Metode
pemngajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar
mengajar untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada
anak didiknya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan
pemilihan ilmu oleh murid, sehingga murid dapat menyerap apa yang disampaikan
gurunya.
Metode
pengajaran yang dipakai pada masa dinasti Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi
3 macam, yaitu:
a .
Metode lisan
b .
Metode hafalan
c .
Metode tulisan
3. Kehidupan
Murid
Ciri utama
kehidupan murid dalam pendidikan tingkat dasar adalah :
a .
Diharuskannya
belajar membaca dan menulis.
b .
Bahan
pengajarannya menggunakan syair-syair dan bukan al Qur`an karena dikhawatirkan
mereka membuat kesalahan yang akan menodai al Qur`an.
c .
Murid-murid
diajarkan membaca dan menghafalkan al Qur`an.
d .
Pada sekolah
dasar tidak ditentukan lamanya belajar dan tergantung pada kemampuan anak-anak.
e .
Hubungan guru
dan murid sebagai hubungan orang tua dan anak.
Pada pendidikan
tingkat tinggi murid-murid bebas memilih guru yang mereka sukai yang dianggapnya
paling baik.[8]
Di
antara ciri khas pendidikan di masa dinasti Abbasiyah adalah teacher oriented ,
yaitu kualitas suatu pendidikan tergantung pada guru. Pelajar bebas mengikuti
suatu pelajaran yang dikehendaki dan bisa belajar dimana saja, misalnya di
perpustakaan, toko buku, rumah ulama atau tempat terbuka. Pelajar dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pelajar tidak tetap, yang terdiri dari para
pekerja yang mengikuti pelajaran untuk menunjang profesi dan pelajar tetap,
yaitu pelajar yang mempunyai tujuan utama untuk belajar dan menghabiskan
sebagian hidupnya untuk belajar. Setiap pelajar membuat daftar guru-guru yang
mengajar yang disebut Mu`jam al Masyakhah. Daftar tersebut digunakan sebagi
bukti bahwa mereka telah belajar kepada guru-guru yang terkenal dan dapat
mengetahui kualitas hadits yang mereka terima dari seorang guru.
4. Rihlah
Ilmiyah
Yaitu
pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu. Dengan adanya sistem ini
pendidikan di masa dinasti Abbasiyah tidak hanya di batasi dengan dinding kelas
(school without wall) tetapi memberikan kebebasan kepadamurid untuk belajar
kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Guru-guru juga melakukan perjalanan dan
pindah dari satru tempat ke tempat lain untuk mengajar sekaligus belajar,
sehingga sistem rihlah ilmiyah disebut dengan learning society (masyarakat
belajar). Kebebasan perjalanan di berbagai daerah Islam menyebabkan pertukaran
pemikiran (culture contact) terus berlangsung antar masyarakat Islam sehingga
dinamika sosial dan peradaban Islam terus berlangsung. Melakukan perjalanan
ilmiah laksana lebah mencari bunga ke tempat yang jauh kemudian mereka kembali
ke kota kelahirannya dengan membawa madu yang manis.
5. Wakaf
Lembaga
wakaf menjadi sumber keuangan bagi lembaga pendidikan Islam. adanya sistem
wakaf dalam Islam disebabkan oleh sistem ekonomi Islam yang menganggap bahwa
ekonomi berhubungan erat dengan akidah dan syari`ah Islam sehingga aktifitas
ekonomi memppunyai tujuan ibadah dan kemaslahatan bersama. Oleh karena itu di
saat ekonomi Islam mencapai kemajuan, umat Islam tidak segan-segan
membelanjakan uangnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umat Islam seperti
halnya untuk pelaksanaan pendidikan Islam. Dengan dipelopori penguasa Islam
yang cinta ilmu seperti Harun al Rasyid dan al Ma`mun maka berdirilah lembaga-lembaga
pendidikan untuk keilmuan.
6. Berkembangnya Lembaga Pendidikan Islam
a. Lembaga
Pendidikan Islam Nonformal
1) Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
2) Pendidikan Rendah di Istana
3) Toko-Toko Kitab
4) Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)
5) Majelis
Kesusasteraan
6) Badiah
(Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi)
7) Rumah Sakit
(Bimaristan)
8) Perpustakaan
9) Ribath (Khaniqah),
b. Lembaga Pendidikan Formal
1) Madrasah
Nizamiah didrikan oleh Nizam al Mulk, perdana menteri Saljuk pada tahun 1065 M
– 1067 M. Pada tiap-tiap kota Nizam al Mulk mendirikan satu madrasah besar, di
antaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat, Asfahan, Basran, Marw, dan
Mausul. Tetapi madrasah Nizamiah Baghdad adalah madrasah yang terbesar dan
terpenting. Tujuan Nizam al Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalad untuk
menperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab keagamaan
pemerintahan.
2) Madrasah Nuruddin Zinki, didirikan oleh Nuruddin Zinki di Damaskus.
Madrasah-madrasah yang didirikannya yaitu madrasah an Nuriyah al Qubra di
Damaskus (563 H). Gedung madrasah terdiri dari iwan (aula tempat kuliah),
masjid, tempat istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal pesuruh madrasah,
kamar kecil, dan lapangan. Madrasah lainnya yaitu madrasah yang didirikan pada
masa al Ayubi dan madrasah al Mustansiriah di Baghdad (Irak) tahun 631 H.
Madrasah al Mustansiriah didirikan oleh khalifah Abasyi al Mustansir Billah
pada tahun 631 H. Ilmu-ilmu yang diajarkan yaitu ilmu al Qur`an, syari`ah,
bahasa Arab, kedokteran, dan ilmu pasti.[9]
3) Perguruan
Tinggi;
a) Baitul Hikmah di
Baghdad, didirikan pada amasa Harun al Rasyid (170-193 H), kemudian diperbesar
oleh khalifah al Ma`mun (198-218 H). Pada Baitul Hikmah bukan saja diajarkan
ilmu-ilmu agama Islam, tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu alam,
kimia, falaq, dan lain-lain. Guru besar Baitul Hikmah adalah Salam, yang
menguraikan teori-teori ilmu pasti dalam al Maj`sthi (almageste) kitab karangan
Bathlimus (Ptolemee). Kemudian guru besar al Khawarazmi, ahli ilmu pasti, ahli
falaq, dan pencipta ilmu al jabar, guru besar Muhammad bin Musa bin Syakir,
seorang ahli ilmu ukur, ilmu bintang dan falaq. Di baitul Hikmah dikumpulkan
buku-buku ilmu pengetahuan dalam bermacam-macam bahasa seperti bahasa Arab,
Yunani, Suryani, Persia, India, dan Qibtia. Kemudian al Ma`mun mendirikan
peneropong bintang yang disebut peneropong al Ma`muni. Setelah wafat al Ma`mun,
maka Baitul Hikmah tidak mendapat perhatian penuh dari khalifah-khalifah.
b) Darul `Ilmi
di Kairo. Didirikan oleh al Hakim Biamrillah al Fathimi di pinggir sungai Nil
untuk menyaingi Baitul Hikmah di Baghdad. Menurut keterangan al Makrizi, bahwa
Darul `Ilmi didirikan di kampung al Kharun Fusy dengan perintah al Hakim
Biamrillah al Fathimi. Ilmu yang diajarkan di antaranya; ilmu agama, falaq,
kedokteran, dan berhitung.
7. Adapun Ilmu Pengetahuan
yang berkembang pesat pada zamanya diantaranya:
a.
Ilmu Tafsir
b.
Ilmu Qira`at
c.
Ilmu Hadits
d.
Ilmu Fiqh
e.
Ilmu Ushul Fiqh
f.
Ilmu Kalam
g.
Ilmu Tasawuf
h.
Ilmu Tulen
i.
Ilmu Kealaman dan Eksperimental
j.
Ilmu Terapan dan Praktis
Dari
pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pendidikan pada masa abbasiyah sangatlah
berkembangan baik dari segi kurikulum, metode, dan berbagai macam disiplin Ilmu
diantaranya seperti: ilmu tafsir, tasawuf, kalam, ushul fiqh, dan ilmu hadits.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
periode klasik paruh pertama masa kemajuan ( 650-1000 M), wilayah kekuasaan
Islam meluas melalui Afrika Utara ( Aljazair dan Maroko) sampai ke Spanyol di
Barat. Penaklukan Islam di Andalusia
tidak terlepas dari kepiawaian tiga heroic Islam, yaitu Tharif Ibn
Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke
Andalusia diawali oleh rintisan Tharif
ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya ini kemudian
dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Andalusia,
(Toledo).
Minat
terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan serta filsafat mulai dikembangkan pada
abad IX M. pada masa pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad ibn
Abd Al-Rahman (832-886 M). Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang
menjadi tempat para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan
diantaranya Fiqih, Bahasa dan sastra, serta music dan kesenian.
Pendidikan
Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa
pemerintahan Harun al Rasyid (170-193 H). pada masa pemerintahannya pendidikan
menjadi salah-satu perioritas utama yang dikembangkan baik dari segi kurikulum,
metode, dan berbagai macam disiplin Ilmu diantaranya seperti: ilmu tafsir, ilmu
tasawuf, ilmu kalam, ilmu ushul fiqh, dan
ilmu hadits.
[1]
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta, Bulan
Bintang, 1973, hal. 12.
[2]
Majid Fakhri , Sejarah Filsafat Islam, Mulyadi Kartanegara dari judul asli
Tarikh al-Falsafat al-Islamiyah, Jakarta, Pustaka Jaya, 1986 hal. 35
[3]
Abuddin Nata , Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Grafindo Persada,
2004, hal. 263
[4]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta,
Grafindo Persada, 2010. Ha[. 103
[5] Ahmad
Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam Muchtra Yahya dan Sanusi Latief,
Jakarta, Bulan Bintang, 2003, hal.88
[6]
Hanun Asrohah, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, PT Logos Wacana
Ilmu. 1999 , hal.77
[7]
Zuhairini, dkk, Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi
Agama/IAIN di Jakarta, Jakarta: 1986, hal. 95
[8]
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Hida Karya Agung, 1992,
hal. 46-47
[9]
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21, Jakarta,
Pustaka al Husna, 1988, hal. 22
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun,
M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam ,Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu. 1999.
Fakhri, Majid, Sejarah
Filsafat Islam, (terj.) Mulyadi Kartanegara dari judul asli Tarikh al-Falsafat
al-Islamiyah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1986.
Langgulung,
Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21, Jakarta : Pustaka al
Husna, 1988.
Nasution,
Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1973.
Syalaby, Ahmad,
Sejarah Pendidikan Islam, (terj.) Muchtra Yahya dan Sanusi Latief,
Jakarta: Bulan Bintang, 2003
Zuhairini, dkk,
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta
, Jakarta: 1986
No comments:
Post a Comment