Saturday 16 January 2021

Perspektif Al-Qur'an dan Hadist tentang Pendidik dalam Pendidikan Islam

 Perspektif Al-Qur'an dan Hadist tentang Pendidik dalam Pendidikan Islam

1.      Murabbi

Kata al-murabbi berasalh dari kata al-rabb yang secara harfiah berarti insyau al-sya’i halan fahalan ila hadd al-tamam, yakni mengembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai tingkat kesempurnaan. Jadi seorang murabbi, adalah orang yang mengembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai tingkat kesempurnaan itu.[1]

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan murabbi adalah sebagai berikut:

Al-Isra’ ayat 24

وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا )٢٤(

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.  (Q.S. al-Isra’: 24)

 

Ali Imran ayat 79

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤۡتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادا لِّي مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُواْ رَبَّٰنِيِّـۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ )٧٩( 

 

“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberikan kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!”

 

Hadist yang berkaitan dengan murabbi adalah sebagai berikut:


حدثنا اسماعيل بن ابراهيم اخبرنا ابوا خيان التيمي عن ابي زرعة عن ابي هريرة قال, " كان النبي صلى الله عليه وسلم يوم بارز اللناس فاتاه رجل فقال, ماالايمان ؟ قال, الايمان ان تؤمن بالله وملائكته وبلقائه ورسوله وتؤمن بالبعث. " قال, " مالاسلام؟ قال, ان تعبد الله ولاتشرك به, وتقيم الصلاة, وتؤدى الوكاة المفروضة, وتصوم رمضان. قال," مالاحسان؟ " قال, ان تعبد الله كانك تراه فإلم تكن تراه فإنه يركز قال: من الساعة؟ قال: " مالمسئول عنها اعلم من السائل, وسأخبرك عن اشراطها: اذا ولدت الامة ربها , واذا تطاول رعاة الابل البهم فى البنيات , فى خمس لا يعلمهن الاالله, ثم تلالاالنبى صلي الله عليه وسلم: " ان الله عنده علم الساعة ...... : لقمان : 34) الاية, ثم ادبر, فقال ردوه, فلم يرو شيئا فقال, " هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم." (رواه البخارى(

 

menceritakan kepada kami ismail ibn ibrahim, memberikan kepada kami ibn hayyan al tamimi dari abi zar’at dari abi hurairat, ia berkata “ pada suatu hari ketika nabi duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bertanya, “apakah iman itu? Jawab nabi, “iman adalah percaya kepada allah, percaya kepada malaikatnya, dan pertemanan denganNya, para rasulNya, dan percaya kepada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu bertanya kembali, apakah islam itu? Jawab Nabi SAW, “ islam adalah menyembah kepada allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, mendirikan sholat, menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa di bulan ramadhan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi, apa ihsan itu? Nabi SAW menjawab “ ihsan adalah menyembah allah seolah-olah engkau menyembahNya,jika engkau tidak melihatNya, ketahuilah bahwa allah melihatmu. Lalu laki-laki itu bertanya lagi “ apakah hari kiamat itu? Nabi SAW menjawab “ Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari pada orang yang bertanya, tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika pengembala onta dan ternak lainnya berlomba-lomba membangun gedung. Dan termasuk dalam lima macam yang tidak mengetahuinya kecuali allah, yaitu tersebut dalam ayat : “ sesungguhnya allah ahnya pada sisinya sajalah yang mengetahui hari kiamat, dan dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu, dan tidak seorangpun yang mengetahui dimanakah ia akan mati. Sesungguhnya allah maha mengetahui sedalam-dalamnya.” Kemudian pergilah orang itu. Lalu nabi menyuruh sahabat, “ antarkanlah ornag itu. Akan tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka nabi SAW bersabda, itu adalah malaikat jibril AS yang datang mengajarkan bagimu.” (HR. Bukhari).

 

2.      Muallim

Mu’allim adalah orang yang mampu merekonstruksi bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan dan sebagainya, yang ada kaitannya dengan hakekat sesuatu. Mu’allim adalah orang yang memiliki kemampuan unggul dibandingkan dengan peserta didik, yang dengannya ia dipercaya menghantarkan peserta didik ke arah kesempurnaan dan kemandirian.[2]

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan muallim adahal sebagai berikut:

Surat al-Baqarah ayat 31

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ )٣١(

“Dan dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakanya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”. (Q.S. Al-Baqarah: 31)

Surat al-Baqarah 129

رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ )١٢٩(

“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seseorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. al-Baqarah: 129)

Hadist yang berkaitan dengan muallim adalah sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ رَجَاءٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الوَلِيدُ بْنُ جَمِيلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا القَاسِمُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ البَاهِلِيِّ، قَالَ: ذُكِرَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالآخَرُ عَالِمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى ‌مُعَلِّمِ ‌النَّاسِ الخَيْرَ.

“menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Abdul A’la Al-Shan’ani memberitahukan kepada kami Salamat Ibn Raja’ memberitakan kepada kami Walid Ibn Jamil, memberitakan kepada kami Qasim Ibn Abdurahman, dari Abu Umamat Al-Bahili, berkata.’ Disebutkan bagi Rasulullah saw ada dua orang laki-laki, satu orang ibadah dan satu lagi ahli ilmu. Maka berkata Rasulullah saw keutamaan seorang ahli ilmu atas orang ahli ibadah seperti keutamaan antara saya dengan yang paling rendah diantara kamu. Kemudian berkata Rasulullah sesungguhnya Allah, Malaikatnya dan penduduk langit, dan bumi, sampai semut yang berada pada batu dan ikan, mereka bershalawat kepada seorang pendidik yang mengajarkan kebaikan.

3.      Muzakki

Muzakki berasal dari kata زكّي yang berarti berkembang, tumbuh, bertambah, menyucikan, membersihkan, memperbaiki dan menguatkan. Dengan demikin muzakki secara istilah adalah orang yang membersihkan, mensucikan sesuatu agar ia menjadi bersih dan suci terhindar dari kotoran. Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka muzakki pendidik yang bertanggung jawab untuk memelihara, membimbing, dan mengembangkan fitrah peserta didik, agar ia selalu berada dalam kondisi suci dalam keadaan taat kepada Allah terhindar dari perbuatan yang tercela.[3]

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan muzakki adalah sebagai berikut:

لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ )١٦٤(

 “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(Q.S. Ali Imran: 164)

هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِين )٢( 

Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. al-Jumu’ah: 2)

 

 

 

 

Hadist yang berkaitan dengan muzakki adalah sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا رَافِعٍ، يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ زَيْنَبَ كَانَ اسْمُهَا ‌بَرَّةَ ‌فَقِيلَ لَهَا: تُزَكِّي نَفْسَهَا «فَسَمَّاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، زَيْنَبَ»

Dari Abu Hurairah, bahwasannya pada awalnya Zainab namanya adalah si Barrah, maka dikatakan untuk mensucikan dirinya, lalu Rasulullah saw menganti namanya dengan Zainab. (HR Ibnu Majah)

4.      Mursyid

Mursyid secara terminologi adalah satu sebutan pendidik/guru dalam pendidikan islam yang bertugas untuk membimbing peserta didik agar ia mampu menggunakan akal pikirannya secara tepat, sehingga ia mencapai keinsyafan dan kesadaran tentang hakekat sesuatu atau mencapai kedewaaan berpikir.[4]

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan mursyid adalah sebagai berikut:

Al-Kahfi: 17

وَتَرَى ٱلشَّمۡسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَٰوَرُ عَن كَهۡفِهِمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقۡرِضُهُمۡ ذَاتَ ٱلشِّمَالِ وَهُمۡ فِي فَجۡوَة مِّنۡهُۚ ذَٰلِكَ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِۗ مَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيّا مُّرۡشِدا )١٧(  

“ Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya”.

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan mursyid adalah sebagai berikut:

Sabda Rasulullah SAW, Artinya : “Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah”. (H.R. Abu Daud)

 

5.      Mudarris

Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahlian secara berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.[5]

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan mudaris adalah sebagai berikut:

Al anam: 105

وَكَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلۡأٓيَٰتِ وَلِيَقُولُواْ دَرَسۡتَ وَلِنُبَيِّنَهُۥ لِقَوۡم يَعۡلَمُونَ )١٠٥(

Hadist yang berkaitan dengan mudarris adalah sebagi berikut: 

عن أمَّ سلمة، عن النبي - صلَّى الله عليه وسلم -، بهذا الحديث، قال: ‌يختصمان ‌في ‌مواريث وأشياء قد درست فقال: "إني إنما أقضي بَينكُم برأي فيما لم يُنزَل عليٍّ فيه"(١).

Artinya: Dari Ummu Salamat Dari Nabi Muhammad saw terhadap hadis ini keduanya perpegang teguh terhadap warisan dan sesuatu yang telah dipelajari, maka Rasulullah saw bersada, sesungguhnya aku memutuskan di antara kamu menurut pendapatku terhadap apa yang tidak diturunkan atasku padanya.

6.      Mutli

Mutli secara etimologi berarti adalah orang yang membacakan sesuatu kepada orang lain. apabila dihubungkan denga konsep pendidikan islam adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, terutama yang berhubungan dengan kemampuan membaca baik secara lisan ataupun tertulis serta mampu memahami dan menterjemahkannya dalam kehidupannya.[6]

Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan mutli adalah sebagai berikut:

Al-Baqarah ayat 129

رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ )١٢٩(

Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana."

Hadist tentang mutli adalah sebagai berikut:

نا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، وَسَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ قَالَا: ثنا وَكِيعٌ قَالَ الْحَسَنُ قَالَ: ثنا سُفْيَانُ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ قَائِمًا، وَيَجْلِسُ بَيْنَ الْخُطْبَتَيْنِ وَيَتْلُو آيَةً مِنَ الْقُرْآنِ، وَكَانَتْ خُطْبَتُهُ قَصْدًا، وَصَلَاتُهُ قَصْدًا» ، غَيْرَ أَنَّ الْحَسَنَ قَالَ: وَكَانَ ‌يَتْلُو عَلَى الْمِنْبَرِ فِي خُطْبَتِهِ آيَةً مِنَ الْقُرْآنِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1446: Al Hasan bin Muhammad dan Salam bin Junadah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Waki’ menceritakan kepada kami, Al Hasan berkata: Ia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Simak bin Harb, dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi pernah berkhutbah sambil berdiri dan beliau duduk di antara dua khutbah serta membaca beberapa ayat Al Qur'an. Khutbah beliau sangat singkat dan shalatnya juga singkat." Akan tetapi Al Hasan berkata. "Beliau membaca ayat Al Qur'an di dalam khutbahnya di atas mimbar."

7.      Muaddib

Istilah muaddib tidak dijumpai didalam al-Qur’an, akan tetapi dijumpai dalam hadits berikut:

 ‌أدَّبَنِي رَبِّي فأَحْسَنَ تَأدِيبِي (ابْن السَّمْعانِي فِي أدب الإملاء) عن ابن مسعود.

“Tuhanku telah mendidikku, dan Dia didik aku sebaik-baiknya”. (H.R. Ibnu Sam’an dalam Adabul Imala dari Ibnu Mas’ud).[7]

Muaddib merupakan isim fail dari fiil madi addaba yang berarti mendidik atau meberi adab. Terkait dengan hadits diatas, seorang tokoh pendidikan, Syed Muhammad Naquib Al-Attas dengan jelas dan sistematik menjelaskan sebagai berikut.[8]

a.       Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab, istilah al-ta’dib mempunyai tiga unsur yaitu pembagunan iman, ilmu, dan amal.

b.      Dalam hadist nabi diatas secara eksplisit dipakai istilah al-ta’dib dari addaba yang berarti mendidik. Cara Allah SWT mendidik nabi tentu saja mengandung konsep sempurna.

c.       Dalam kerangka pendidikan, istilah al-ta’dib mengandung arti ilmu, pengajaran, dan pengasuhan yang baik. Pentingnya pembinaan tata krama, sopan santun dan moralitas yang hanya didapat dalam istilah al-ta’dib.

Kata adab juga bisa diartikan dengan akhlak seperti disebutkan dalam Ayat al-Quran yang menjelaskan tentang akhlak sebagai berikut

Al-Qalam: 4

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيم )٤(

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S al-Qalam: 4) 

Al-Azhab: 21

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرا )٢١(

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasululullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. al-Ahzab: 21)

Karena itu pula, beliau dijadikan Allah SWT sebagai teladan bagi umat manusia, kapan dan dimanapun, bukan saja dalam hal ibadah ritual, tetapi juga dalam tingkah laku dan sikap beliau. Maka beliau menjadi contoh guru dalam hal adab.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, S. N. (2011). Hadis Tarbawi. Jakarta: Kalam Mulia.

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nata, A. (2016). Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: Prenadamedia Group.

Ramayulis. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Tantowi, A. (2009). Pendidikan Islam di Era Transformasi Global. Semarang: Pustaka Rizki.

 

 



[1] Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Predanamedia Group, 2016), hlm 113

[2] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm 141

[3] Ibid. Ramayulis, Filsafat ………, hlm 144

[4] Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm 131

[5] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005). Cet. Ke-1, hlm. 50

[6] Ibid, Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi.... , hal 131

[7] Setelah ditelusuri dalam kitab Al-Mu‟jam al-Mufahros li-Alfaẓi al-Hadits, ternyata hadits tersebut tidak terdapat dalam  Kutubus Sittah, akan tetapi ada dalam kitab Al-Jami‟us Saghir karya Jalaluddin Abdirrahman bin Abi Bakar As-Suyuthi, (Surabaya: PT. Bina Ilmu), hlm. 111 dan kitab as- Silsilatu al-Hadits al-Dhoif wa al-Maudhu‟ karya Muhammad Nasiruddin Al-Albani, hadits tersebut kualitasnya dhaif dan tidak diketahui adanya sanad yang pasti.

[8] Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: Pustaka Rizki, 2009), hlm. 12

Hakikat Manusia, Masyarakat Madani dan Fungsi Pendidikan Islam

 

Nama               : Muh Bahrul Husni

Semester/Kelas: 1-PAI/A1

Prodi               : Pendidikan Agama Islam S-2, FITK UIN Sunan Kalijaga

NIM                : 20204011012

Mata Kuliah    : Studi Qur’an

Tugas               : Resum dan Review Buku karya  Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A, Bab IV  

   (Hakekat Manusia, Masyarakat Madani, dan Fungsi Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A

1.     

          Ringkasan Bab IV

Pengantar

Diantara struktur ide pendidikan dalam Islam ialah manusia dan masyarakat. Karakteristik manusia tidak akan pemah ditangkap secara utuh dan pasti karena banyaknya dimensi dan misteri yang dikandungnya. Maka setiap kali seseorang selesai memahami dari satu dimensi tentang manusia, maka muncul pula dimensi lainnya yang belum ia bahas. Mengkaji manusia dari satu dimensi, aka membawa stagnasi pemikiran tentang kapabilitas manusia sekaligus menjadikannya sebagai objek yang statis. Proses pendidikan harus berangkat dari ketepatan memahami siapa manusia itu sebenarnya. Manusia mempunyai jati diri yakni potensi materi yakni jasad dan potensi immateri yakni roh atau jiwa, akal , hati , dan rasa-karsa . Menurut Harefa bahwa kesalahan atau bahkan dosa terbesar para guru adalah terlalu banyak melakukan pengajaran dan pelatihan, namun hampir tidak pernah melakukan pendampingan terhadap peserta didik untuk mengejar dan mencari jati dirinya sebagai pribadi, anggota kelompok, dan sebagai manusia warga masyarakat dunia. Konsep pendidikan harus mengandalkan pemahaman mengenai siapa senyatanya manusia itu. Konsep pendidikan Islam misalnya, tidak akan dapat dipahami sepenuhnya sebelum memahami penafsiran Islam terhadap siapa sosok dan sub jati diri manusia.

Hakikat Manusia dalam Islam

Pada hakikatnya manusia terdiri dari dua unsur yang integral yakni jasad dan ruh. Alquran memakai istilah fin, turāb, șalş al seperti fakhkhär, dan şalşãl yang berasal dari hama' masnün. Kata Turāb Kata turāb antara lain Menurut Nazwar Syamsu bahwa semua ayat yang mengandung kata turāb berarti saripati tanah. Sedangkan kata şalşal yang berasal dari ham masnūn, menurut al-Maraghi ialah tanah kering, keras bersuara, yang dapat diukir, warna hitam yang dapat diubah.

Makanan yang di- konsumsi manusia dapat berupa hewan yang memakan tumbuh- tumbuhan, dan sayur-sayuran. Tahap kedua, tahap nutfah yang bercampur dengan ovum wanita , seperti tersebut pada QS. Al-Insan, yang berada dalam rahim. Menurut Thanthawi bahwa yang dimaksud dengan tulang belulang ialah dari se- potong daging itu Tuhan membedakannya menjadi dua yakni pembetuk daging dan pembentuk tulang belulang.

Proses pembentukan baik daging maupun tulang belulang, berasal dari bahan-bahan makanan yang sudah dipersiapkan oleh Allah SWT. Menurut al-Alusy bahwa yang dimaksud dengan «daging pembalut tulang belulang» adalah dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, pembalut tulang belulang itu berasal dari sepotong daging yang sejak awal berproses dari bersatunya sperma dan ovum dalam rahim. Kemungkinan kedua, pembalut tulang belulang itu adalah berasal dari daging lain yang diciptakan Allah untuk itu .

Namun jika tidak sempurna kejadiannya karena berbagai faktor, maka bisa saja ada salah satu anggota tubuh calon manusia itu yang cacat atau kurang. Tahap ketujuh, Setelah pembentukan fisik mendekati sempurna dalam bentuk janin, Allah meniupkan Roh-Nya kepada manusia dan sejak itu dia benar-benar manjadi makhluk manusia yang sesungguhnya vane sempurna sehingga para malaikat pun diperintahkan oleh Allah agar tunduk dan sujud kepada manusia. anugerahkan kepadanya keajaiban-keajaiban yang tidak ter- hingga baik lahir maupun batin. Alquran menggunakan bebe- rapa istilah yang menunjukkan kepada manusia.

Sedangkan perincian dari kompleksitas jati diri ma- nusia ialah kata al-jism, 'aql, qalb, dan nafs yang kesemuanya di- hidupi oleh roh. Kata insan yang bentuk jamaknya al-nās dari segi semantik atau ilmu tentang akar kata, dapat dilihat dari asal kata anasa yang mem- punyai arti melihat, mengetahui, dan minta izin. Selanjutnya kata insan juga dilihat dari asalnya nasiya yang berarti lupa. yang dilihatnya, ia dapat pula mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan terdorong untuk minta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya.

Dengan demikian manusia dapat dididik baik melalui pendidikan yang disengaja melalui jalur formal, informal, dan non formal dan maupun pendidikan yang tidak disengaja yakni pendidikan dengan pengalaman hidup. Oleh karena itu, dalam kehidupan beragama, orang yang lupa tidak dibebani hukum atau tidak diminta pertanggung jawaban bila seseorang dalam keadaan tidak menyadari atau lun terhadap apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan. Menurut Mahmud yang membuat seseorang lavak memikul tanggung jawab sebagaimana disepakati ulama ialah bila seseorang mencapai batas taklif baik laki-laki maupun perempuan, berakal, yakni mengetahui dan me nyadari apa yang diperbuat dan dikatakan serta mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan dan perkataan tersebut baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, mem- punyai kebebasan dan tidak mendapat paksaan ketika melakukan perbuatarnya atau ketika mengucapkan sesuatu, dan mem- punyai kemampuan untuk mengutarakan perkataannya atau me- lakukan sesuatu. Sebagaimana telah disebutkan bahwa jika kata insān ber- asal dari kata «nasia» menunjukkan bahwa sifat yang melekat dalam diri manusia adalah berbuat salah dan lupa.

Perbedaan seseorang dengan yang lainnya bukan terletak pada «salah dan lupa». Bertobat pada hakikatnya kembali kepada Tuhan setelah melakukan kesalahan dan dosa, lalu menyadari keke- liruannya, bertekad tidak mengulangi kesalahannya dan karena- nya meningkat kualitas iman takwa dan hidupnya di masa-masa yang akan datang. Me nurut Binti asy-Syati yang tikutip Nata bahwa atas daser ini, binatang yang jinak seperti kucing dapat disebut binatang yang änis. Oleh karena itu makhluk jin dapat dikatakan sebagai makhluk yang buas.

Penyembahan kepada Allah berlaku baik kepada yang sudah jinak maupun yang masih liar . Dari kata «anisa» ini menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang jinak , yang berbudaya, dapat mendidik dan dididik. Dengan potensi dan berkemampuan ber- adaptasi ini, manusia perlu dididik untuk mempercepat ber- adaptasi dengan lingkungan alam dan sosial budaya dimana dia berada dan mempersiapkan diri dengan berbagai ilmu untuk mampu beradaptasi di masa yang akan datang. Dengan ilmu yang di dapat, kemampuan berdaptasi seseorang akan lebih berdaya dan lebih cepat menghadapi gelombang kehidupan. Bahkan jika ibadah diartikan dalam arti yang seluas-luas- nya maka, khalifah bagian integral dari ibadah itu sendiri.

Hakikat Masyarakat dalam Pendidikan Islam

Karena día adalah makhluk sosial yang selalu tergantung kepada orang lain. Bayi yang lahir tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Di- samping manusia bergantung kepada manusia lain, juga ka- rakteristik manusia itu ialah berkemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang dia hadapi. Negara tersusun dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar.

Alquran membahas tentang masyarakat dalam beberapa istilah, diantaranya menggunakan istilah al-nas», Bani Adam, ummah, qaum, qabilah, sya'b, tha'ifah atau jama'ah. Namun dari sekian banyak istilah yang digunakan Alquran lebih banyak menggunakan istilah ummah. Setelah membandingkan dengan istilah qaum, qabilah, sya'b, tha'ifah, jamaah dan lain-lain, ia berkesimpulan bahwa ummah memiliki keunggulan muatan makna, yakni bermak- na kemanusiaan yang dinamis, bukan entitas beku dan statis. Kata ummah manusia yang dipakai oleh Al- quran tidaklah berasal dari akar kata e e tetapi kata tersebut merupakan pinjaman dari bahasa Ibrani yaitu umma, atau dari bahasa Arab yaitu ummata .

Bagaiamanapun, kata ummah baik dalam arti apapun mempunyai kata dan dari akar kata imam dan umm. Muhammad Ismail Ibrahim mengartikannya dengan kelompok manusia, muallim, seseorang yang baik pada semua seginya, agama dan waktu . Untuk itu perlu petunjuk Tuhan berupa agama atau ketetapan hukum dari Yang Tidak Punya Kepentingan yakni Allah SWT. Dengan kata lain adanya berbagai perbedaan keinginan dan kepentingan serta perbedaan dalam menentukan kebenaran, itulah yang menjadi alasan diturunkannya tasyi.
Demikian juga secara fitrah, manusia pada mulanya satu dalam hal beragama tauhid sekalipun berbeda dalam hal syariatnya . Namun karena berbeda dalam merumuskan hakikat kebenaran, berbeda dalam ke- pentingan dan berbeda dalam lingkungan yang menyertai- nya, serta faktor-faktor lain maka kelompok manusia pun berbeda dalam beragama tauhid. Dalam bermasyarakat membutuhkan pemimpin atau uswah hasanah atau pedoman dan petunjuk, yang di- jadikan model dalam merealisasikan kewajiban moral re- ligiusnya dan untuk menciptakan tatanan dunia yang etis, adil, dan egalitarian. Untuk menjadi pemimpin ma- syarakat haruslah melalui pendidikan dan pengalaman, dan sedangkan imam berupa pedoman atau kitab haruslah datang- nya dari sesuatu yang tidak punya kepentingan yakni Allah SWT.

Kata ummah yang berarti pemimpin ini dapat ditemui. dalam Alquran QS. Sedangkan kata ummah yang berarti pedoman atau petunjuk terdapat pada QS. Pada prinsipnya baik kata imam berarti pemimpin atau petunjuk, pedoman atau jalan terang tidak ada perbedaan yang prinsip karena istilah-istilah tersebut menunjuk kepada sesuatu yang menjadi kompas dan sumber hidayah bagi umat manusia dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban moralnya di dunia ini.

Eksistensi umat Muhammad SAW ini dilahirkan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah demi terciptanya persatuan dan kesatuan ummah yang terpecah- pecah. Yakni umat yang adil yang tidak melampaui batas baik dalam urusan agama maupun urusan dunia, yang menyeimbangkan dan memelihara kemasalahatan material dan spiritual, urusan individu dan masyarakat dan urusan dunia dan akhirat.

Menurut Asyqar dan az Zamakhsyari, umat wasatan adalah tempat yang di tengah- tengah, yang berada di antara kedua ujung. Tengah bukan berarti kuantitatif , tetapi dia dapat membentuk formula baru yang tidak ke ujung kiri dan tidak pula ke ujung kanan Seperti halnya sikap «berani» membela kebenaran adalah sikap tengah antara sikap «nekat» dan «pengecut». Sesuatu yang tidak di tengah adalah sesuatu yang berat sebelak tidak adil dan pinggir, akan cepat mendapatkan kerusak. Sedangkan yang di tengah akan selal.
Secara geografis, Islam lahir di Timur Tengah, yang terletak antara peradaban barat dan Timur . Dalam sejarah klasik, Islam berhasil menaklukkan bekas jajahan Romawi dan Persia, sehingga Islam bisa membentang dari Spanyol hingga India.

Fungsi Pendidikan Islam dalam Masyarakat madani

Menciptakan dan memberdayakan masyarakat yang sesuai dengan tujuan-tujuan menciptakan manusia di muka bumi adalah tujuan dari pendidikan Islam. Tujuan itu ialah menjadi- kan nilai-nilai Islam sebagai bingkai dalam masyarakat ideal. Lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial yang diharapkan. Pemerintah bersama anggota masyarakat dan orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan untuk kemajuan masyarakat dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai luhur yang berasal dari budaya dan nilai-nilai luhur yang berasal dari agama.

Pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan dan keyakinan peserta didik terhadap agama yang di anutnya, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan. keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu, keluarga, masyarakat dan negara untuk mencapai masyarakat madani yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama dan budaya. Dalam mendidik masyarakat yang dijiwai oieh nilai-nilai spiritual keagamaan dan nilai-nilai luhur bangsa harus dimulai dari orang perorang atau dari kumpulan beberapa orang. Dari ora perorang ini akan menginspirasi dalam membentuk keluarga yang bahagia.

Pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sebagaimana telah disebutkan pada bab pertama bahwa, pendidikan islam ialah usaha sadar dan terencana dengan cara menumbuhkembangkan, memperbaiki, memimpin, melatih, mengasuh peserta didik agar ia secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, ilmu, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalani hidup di dunia dan menuju akhirat sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Karena pada hakikatnya pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pempatrian nilai-nilai agama, tradisi-budaya dan norma-norma social, Maka di samping Pendidikan mempunyai fungsi untuk mendidik anggota masyarakat. yang beragam, juga harus mewariskan dan melestarikan nilai- nilai islam dan nilai luhur budaya serta tradisi yang masih layak dipertahankan. Jadi di samping peserta didik mengamalkan nilai-nilai islami dan nilai-nilai luhur budaya, juga melakukan kontrol sosial di dalam masyarakat. Oleh karena peserta didik sudah memahami dan menghayati nilai- nilai lahiyah dan Insaniyah, nilai-nilai luhur bangsa, dan nilai- rilai multi cultural, maka pendidikan dapat berfungsi sebagai alat pemersatu dan pengembangan pribadi dan sosial.

Karena dalam dirinya tertanam nilai bahwa jika ada anggota masyarakat yang egois, membuat kekacauan, statis berarti pula dirinya akan termasuk di dalamnya yang akan merusak tatanan sosial yang bermoral dan masyarakat tidak akan maju. Untuk itu pendidikan berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup berbagai komunitas masyarakat yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima sebagian besar oleh komunitas masyarakat yang dibingkai dengan nilai-nilai Ilahiyah, Insaniyah dan Kauniyah.

2.      Review  

Dalam bab IV ini terdapat empat subab yaitu Hakikat Manusia dalam Islam, Hakikat Masyarakat dalam Pendidikan Islam. Fungsi Pendidikan Islam dalam Masyarakat Madani, dan Intisari.

Sub bab Hakikat Manusia dalam Islam terdapat yang berbicara tentang proses penciptaan manusia, dengan ini manusia harus menyadari akan dirinya sebagai hamba, dengan ini manusia harus menempatkan dirinya sebagai yang dimiliki, yaitu dengan tunduk dan taat kepada semua ketentuan Allah. Karena kedudukan manusia sebagai hamba Allah maka manusia harus memaknai setiap kegiatanya diniatkan ditunjukkan sebagai penghambaan kepada Allah. kemudian Manusia dalam Al-Qur’an dan perangkat jati diri manusia, hingga Kedudukan Manusia di Bumi. Dengan ini manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi yang dimana apa yang dibebankan kepada manusia yang dilaksanakan sesuai tuntunan Allah, semua manfaatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri dan mempermudah manusia menjalani kehidupanya.

Sub bab Hakikat Masyarakat dalam Pendidikan Islam dimulai dengan penjelasan hakikat masyarakat, dengan ini dapat diketahui bahwa fitrah manusia adalah makhluk sosial yaitu dengan hidup bermasyarakat dan ini tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan manusia. kemudian Ciri-ciri Masyarakat ideal dalam Al-Qur’an. diuraikan bahwa masyarakat lahir sesuai naluri tiap individunya. Maka hakekat dari masyarakat terletak pada keragaman ketaqwaan amalanya dalam masyarakat yang menjadikan tolak ukur ketika menghadap sang pencipta dikemudian hari.

Sub bab Fungsi Pendidikan Islam dalam Masyarakat Madani menjelaskan tentang bagaimana fungsi pendidikan islam yang sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan dapat dijadikan landasan untuk menciptakan masyarakat yang ideal. Juga menjelaskan empat fungsi pendidikan dalam masyarakat yaitu: mencerdaskan, mewariskan, sebagai alat kontril social dan sebagai pemersatu.