Nama : Muh Bahrul Husni
Semester/Kelas: 1-PAI/A1
Prodi :
Pendidikan Agama Islam S-2, FITK UIN Sunan Kalijaga
NIM :
20204011012
Mata Kuliah : Studi Qur’an
Tugas : Resum dan Review Buku karya Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A, Bab
IV
(Hakekat Manusia,
Masyarakat Madani, dan Fungsi Pendidikan Islam)
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A
1.
Ringkasan Bab IV
Pengantar
Diantara struktur ide pendidikan dalam
Islam ialah manusia dan masyarakat. Karakteristik manusia tidak akan pemah
ditangkap secara utuh dan pasti karena banyaknya dimensi dan misteri yang
dikandungnya. Maka setiap kali seseorang selesai memahami dari satu dimensi
tentang manusia, maka muncul pula dimensi lainnya yang belum ia bahas. Mengkaji
manusia dari satu dimensi, aka membawa stagnasi pemikiran tentang kapabilitas
manusia sekaligus menjadikannya sebagai objek yang statis. Proses pendidikan
harus berangkat dari ketepatan memahami siapa manusia itu sebenarnya. Manusia
mempunyai jati diri yakni potensi materi yakni jasad dan potensi immateri yakni
roh atau jiwa, akal , hati , dan rasa-karsa . Menurut Harefa bahwa kesalahan
atau bahkan dosa terbesar para guru adalah terlalu banyak melakukan pengajaran
dan pelatihan, namun hampir tidak pernah melakukan pendampingan terhadap
peserta didik untuk mengejar dan mencari jati dirinya sebagai pribadi, anggota
kelompok, dan sebagai manusia warga masyarakat dunia. Konsep pendidikan harus
mengandalkan pemahaman mengenai siapa senyatanya manusia itu. Konsep pendidikan
Islam misalnya, tidak akan dapat dipahami sepenuhnya sebelum memahami
penafsiran Islam terhadap siapa sosok dan sub jati diri manusia.
Hakikat Manusia dalam Islam
Pada hakikatnya manusia terdiri dari
dua unsur yang integral yakni jasad dan ruh. Alquran memakai istilah
fin, turāb, șalş al seperti fakhkhär, dan şalşãl yang berasal
dari hama' masnün. Kata Turāb Kata turāb antara lain Menurut Nazwar Syamsu
bahwa semua ayat yang mengandung kata turāb berarti saripati tanah. Sedangkan
kata şalşal yang berasal dari ham masnūn, menurut al-Maraghi ialah tanah
kering, keras bersuara, yang dapat diukir, warna hitam yang
dapat diubah.
Makanan yang di- konsumsi manusia
dapat berupa hewan yang memakan tumbuh- tumbuhan, dan
sayur-sayuran. Tahap kedua, tahap nutfah yang bercampur dengan ovum
wanita , seperti tersebut pada QS. Al-Insan, yang berada
dalam rahim. Menurut Thanthawi bahwa yang dimaksud dengan tulang belulang
ialah dari se- potong daging itu Tuhan membedakannya menjadi dua yakni pembetuk
daging dan pembentuk tulang belulang.
Proses pembentukan baik daging maupun
tulang belulang, berasal dari bahan-bahan makanan yang sudah dipersiapkan
oleh Allah SWT. Menurut al-Alusy bahwa yang dimaksud dengan «daging
pembalut tulang belulang» adalah dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama, pembalut tulang belulang itu berasal dari sepotong daging yang
sejak awal berproses dari bersatunya sperma dan ovum dalam
rahim. Kemungkinan kedua, pembalut tulang belulang itu adalah berasal
dari daging lain yang diciptakan Allah untuk itu .
Namun jika tidak sempurna kejadiannya
karena berbagai faktor, maka bisa saja ada salah satu anggota tubuh calon
manusia itu yang cacat atau kurang. Tahap ketujuh, Setelah
pembentukan fisik mendekati sempurna dalam bentuk janin, Allah meniupkan
Roh-Nya kepada manusia dan sejak itu dia benar-benar manjadi makhluk manusia
yang sesungguhnya vane sempurna sehingga para malaikat pun diperintahkan oleh
Allah agar tunduk dan sujud kepada manusia. anugerahkan kepadanya
keajaiban-keajaiban yang tidak ter- hingga baik lahir maupun
batin. Alquran menggunakan bebe- rapa istilah yang menunjukkan kepada
manusia.
Sedangkan perincian dari kompleksitas
jati diri ma- nusia ialah kata al-jism, 'aql, qalb, dan nafs
yang kesemuanya di- hidupi oleh roh. Kata insan yang bentuk jamaknya
al-nās dari segi semantik atau ilmu tentang akar kata, dapat dilihat dari
asal kata anasa yang mem- punyai arti melihat, mengetahui, dan minta
izin. Selanjutnya kata insan juga dilihat dari asalnya nasiya yang berarti
lupa. yang dilihatnya, ia dapat pula mengetahui apa yang benar dan
apa yang salah, dan terdorong untuk minta izin menggunakan sesuatu yang
bukan miliknya.
Dengan demikian manusia dapat dididik
baik melalui pendidikan yang disengaja melalui jalur
formal, informal, dan non formal dan maupun pendidikan yang tidak
disengaja yakni pendidikan dengan pengalaman hidup. Oleh karena
itu, dalam kehidupan beragama, orang yang lupa tidak dibebani hukum
atau tidak diminta pertanggung jawaban bila seseorang dalam keadaan tidak menyadari
atau lun terhadap apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan. Menurut
Mahmud yang membuat seseorang lavak memikul tanggung jawab sebagaimana
disepakati ulama ialah bila seseorang mencapai batas taklif baik laki-laki
maupun perempuan, berakal, yakni mengetahui dan me nyadari apa yang
diperbuat dan dikatakan serta mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan
dan perkataan tersebut baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain, mem- punyai kebebasan dan tidak mendapat paksaan ketika melakukan
perbuatarnya atau ketika mengucapkan sesuatu, dan mem- punyai kemampuan
untuk mengutarakan perkataannya atau me- lakukan sesuatu. Sebagaimana
telah disebutkan bahwa jika kata insān ber- asal dari kata «nasia» menunjukkan
bahwa sifat yang melekat dalam diri manusia adalah berbuat salah dan lupa.
Perbedaan seseorang dengan yang
lainnya bukan terletak pada «salah dan lupa». Bertobat pada hakikatnya
kembali kepada Tuhan setelah melakukan kesalahan dan dosa, lalu menyadari
keke- liruannya, bertekad tidak mengulangi kesalahannya dan karena- nya
meningkat kualitas iman takwa dan hidupnya di masa-masa yang akan
datang. Me nurut Binti asy-Syati yang tikutip Nata bahwa atas daser
ini, binatang yang jinak seperti kucing dapat disebut binatang yang
änis. Oleh karena itu makhluk jin dapat dikatakan sebagai makhluk yang
buas.
Penyembahan kepada Allah berlaku baik
kepada yang sudah jinak maupun yang masih liar . Dari kata «anisa»
ini menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang jinak , yang
berbudaya, dapat mendidik dan dididik. Dengan potensi dan
berkemampuan ber- adaptasi ini, manusia perlu dididik untuk mempercepat
ber- adaptasi dengan lingkungan alam dan sosial budaya dimana dia berada dan
mempersiapkan diri dengan berbagai ilmu untuk mampu beradaptasi di masa yang
akan datang. Dengan ilmu yang di dapat, kemampuan berdaptasi
seseorang akan lebih berdaya dan lebih cepat menghadapi gelombang kehidupan. Bahkan jika ibadah
diartikan dalam arti yang seluas-luas- nya maka, khalifah bagian integral
dari ibadah itu sendiri.
Hakikat Masyarakat dalam Pendidikan
Islam
Karena día adalah makhluk sosial yang
selalu tergantung kepada orang lain. Bayi yang lahir tidak akan bisa hidup
tanpa bantuan orang lain. Di- samping manusia bergantung kepada manusia
lain, juga ka- rakteristik manusia itu ialah berkemampuan menyesuaikan
diri dengan kondisi lingkungan yang dia hadapi. Negara tersusun dari
individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar.
Alquran membahas tentang masyarakat dalam
beberapa istilah, diantaranya menggunakan istilah al-nas», Bani
Adam, ummah, qaum, qabilah, sya'b, tha'ifah atau
jama'ah. Namun dari sekian banyak istilah yang digunakan Alquran lebih
banyak menggunakan istilah ummah. Setelah membandingkan dengan istilah
qaum, qabilah, sya'b, tha'ifah, jamaah dan
lain-lain, ia berkesimpulan bahwa ummah memiliki keunggulan muatan
makna, yakni bermak- na kemanusiaan yang dinamis, bukan entitas beku
dan statis. Kata ummah manusia yang dipakai oleh Al- quran tidaklah berasal
dari akar kata e e tetapi kata tersebut merupakan pinjaman dari bahasa Ibrani
yaitu umma, atau dari bahasa Arab yaitu ummata .
Bagaiamanapun, kata ummah baik
dalam arti apapun mempunyai kata dan dari akar kata imam dan umm. Muhammad
Ismail Ibrahim mengartikannya dengan kelompok
manusia, muallim, seseorang yang baik pada semua seginya, agama
dan waktu . Untuk itu perlu petunjuk Tuhan berupa agama atau
ketetapan hukum dari Yang Tidak Punya Kepentingan yakni Allah SWT. Dengan
kata lain adanya berbagai perbedaan keinginan dan kepentingan serta perbedaan
dalam menentukan kebenaran, itulah yang menjadi alasan diturunkannya
tasyi.
Demikian juga secara fitrah, manusia pada
mulanya satu dalam hal beragama tauhid sekalipun berbeda dalam hal
syariatnya . Namun karena berbeda dalam merumuskan hakikat
kebenaran, berbeda dalam ke- pentingan dan berbeda dalam lingkungan yang
menyertai- nya, serta faktor-faktor lain maka kelompok manusia pun berbeda
dalam beragama tauhid. Dalam bermasyarakat membutuhkan pemimpin atau uswah
hasanah atau pedoman dan petunjuk, yang di- jadikan model dalam
merealisasikan kewajiban moral re- ligiusnya dan untuk menciptakan tatanan
dunia yang etis, adil, dan egalitarian. Untuk menjadi pemimpin
ma- syarakat haruslah melalui pendidikan dan pengalaman, dan sedangkan
imam berupa pedoman atau kitab haruslah datang- nya dari sesuatu yang tidak
punya kepentingan yakni Allah SWT.
Kata ummah yang berarti pemimpin ini
dapat ditemui. dalam Alquran QS. Sedangkan kata ummah yang berarti
pedoman atau petunjuk terdapat pada QS. Pada prinsipnya baik kata imam
berarti pemimpin atau petunjuk, pedoman atau jalan terang tidak ada
perbedaan yang prinsip karena istilah-istilah tersebut menunjuk kepada sesuatu
yang menjadi kompas dan sumber hidayah bagi umat manusia dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban moralnya di dunia ini.
Eksistensi umat Muhammad SAW ini
dilahirkan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah demi terciptanya persatuan dan kesatuan
ummah yang terpecah- pecah. Yakni umat yang adil yang tidak melampaui
batas baik dalam urusan agama maupun urusan dunia, yang menyeimbangkan dan
memelihara kemasalahatan material dan spiritual, urusan individu dan
masyarakat dan urusan dunia dan akhirat.
Menurut Asyqar dan az
Zamakhsyari, umat wasatan adalah tempat yang di tengah- tengah, yang
berada di antara kedua ujung. Tengah bukan berarti
kuantitatif , tetapi dia dapat membentuk formula baru yang tidak ke
ujung kiri dan tidak pula ke ujung kanan Seperti halnya sikap «berani» membela
kebenaran adalah sikap tengah antara sikap «nekat» dan «pengecut». Sesuatu
yang tidak di tengah adalah sesuatu yang berat sebelak tidak adil dan
pinggir, akan cepat mendapatkan kerusak. Sedangkan yang di tengah
akan selal.
Secara geografis, Islam lahir di Timur
Tengah, yang terletak antara peradaban barat dan Timur . Dalam
sejarah klasik, Islam berhasil menaklukkan bekas jajahan Romawi dan
Persia, sehingga Islam bisa membentang dari Spanyol hingga India.
Fungsi Pendidikan Islam dalam Masyarakat
madani
Menciptakan dan memberdayakan
masyarakat yang sesuai dengan tujuan-tujuan menciptakan manusia di muka bumi
adalah tujuan dari pendidikan Islam. Tujuan itu ialah menjadi- kan
nilai-nilai Islam sebagai bingkai dalam masyarakat ideal. Lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial yang
diharapkan. Pemerintah bersama anggota masyarakat dan orang tua telah
menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan untuk kemajuan masyarakat dan
pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai luhur yang berasal
dari budaya dan nilai-nilai luhur yang berasal dari agama.
Pendidikan dapat diharapkan untuk
mengembangkan wawasan dan keyakinan peserta didik terhadap agama yang di
anutnya, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya
dan pertahanan. keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa
kemajuan pada individu, keluarga, masyarakat dan negara untuk
mencapai masyarakat madani yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama dan
budaya. Dalam mendidik masyarakat yang dijiwai oieh nilai-nilai spiritual
keagamaan dan nilai-nilai luhur bangsa harus dimulai dari orang perorang atau
dari kumpulan beberapa orang. Dari ora perorang ini akan menginspirasi
dalam membentuk keluarga yang bahagia.
Pengendalian
diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sebagaimana
telah disebutkan pada bab pertama bahwa, pendidikan islam ialah usaha
sadar dan terencana dengan cara
menumbuhkembangkan, memperbaiki, memimpin, melatih, mengasuh
peserta didik agar ia secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, ilmu, akhlak mulia, dan
keterampilan yang diperlukan dalam menjalani hidup di dunia dan menuju akhirat
sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Karena pada hakikatnya pendidikan
tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pempatrian
nilai-nilai agama, tradisi-budaya dan norma-norma social, Maka di
samping Pendidikan mempunyai fungsi untuk mendidik anggota
masyarakat. yang beragam, juga harus mewariskan dan melestarikan
nilai- nilai islam dan nilai luhur budaya serta tradisi yang masih layak
dipertahankan. Jadi di samping peserta didik mengamalkan nilai-nilai
islami dan nilai-nilai luhur budaya, juga melakukan kontrol sosial di
dalam masyarakat. Oleh karena peserta didik sudah memahami dan menghayati
nilai- nilai lahiyah dan Insaniyah, nilai-nilai luhur bangsa, dan
nilai- rilai multi cultural, maka pendidikan dapat berfungsi sebagai alat
pemersatu dan pengembangan pribadi dan sosial.
Karena dalam dirinya tertanam nilai
bahwa jika ada anggota masyarakat yang egois, membuat
kekacauan, statis berarti pula dirinya akan termasuk di dalamnya yang akan
merusak tatanan sosial yang bermoral dan masyarakat tidak akan maju. Untuk
itu pendidikan berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup
berbagai komunitas masyarakat yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang
dapat diterima sebagian besar oleh komunitas masyarakat yang dibingkai dengan
nilai-nilai Ilahiyah, Insaniyah dan Kauniyah.
2.
Review
Dalam bab IV ini terdapat empat subab yaitu Hakikat Manusia dalam
Islam, Hakikat Masyarakat dalam Pendidikan Islam. Fungsi Pendidikan Islam dalam
Masyarakat Madani, dan Intisari.
Sub bab Hakikat Manusia dalam Islam terdapat yang berbicara tentang
proses penciptaan manusia, dengan ini manusia harus menyadari akan dirinya
sebagai hamba, dengan ini manusia harus menempatkan dirinya sebagai yang
dimiliki, yaitu dengan tunduk dan taat kepada semua ketentuan Allah. Karena
kedudukan manusia sebagai hamba Allah maka manusia harus memaknai setiap
kegiatanya diniatkan ditunjukkan sebagai penghambaan kepada Allah. kemudian Manusia
dalam Al-Qur’an dan perangkat jati diri manusia, hingga Kedudukan Manusia di
Bumi. Dengan ini manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi yang dimana apa
yang dibebankan kepada manusia yang dilaksanakan sesuai tuntunan Allah, semua
manfaatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri dan mempermudah manusia
menjalani kehidupanya.
Sub bab Hakikat Masyarakat dalam Pendidikan Islam dimulai dengan
penjelasan hakikat masyarakat, dengan ini dapat diketahui bahwa fitrah manusia
adalah makhluk sosial yaitu dengan hidup bermasyarakat dan ini tidak bisa
terpisahkan dalam kehidupan manusia. kemudian Ciri-ciri Masyarakat ideal dalam
Al-Qur’an. diuraikan bahwa masyarakat lahir sesuai naluri tiap individunya.
Maka hakekat dari masyarakat terletak pada keragaman ketaqwaan amalanya dalam
masyarakat yang menjadikan tolak ukur ketika menghadap sang pencipta dikemudian
hari.
Sub bab Fungsi Pendidikan Islam dalam Masyarakat Madani menjelaskan
tentang bagaimana fungsi pendidikan islam yang sesuai dengan tujuan penciptaan
manusia dan dapat dijadikan landasan untuk menciptakan masyarakat yang ideal.
Juga menjelaskan empat fungsi pendidikan dalam masyarakat yaitu: mencerdaskan,
mewariskan, sebagai alat kontril social dan sebagai pemersatu.
No comments:
Post a Comment