Saturday 16 January 2021

SISTEM DAN MEKANISME KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

SISTEM DAN MEKANISME KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan fenomena setiap komunitas organisasi, dimana pemimpin menjadi penentu dari sebuah pencapaian tujuan organisasi. Gagal dan suksesnya organisasi dipengaruhi oleh peran pemimpin didalamnya. Pemimpin sebagai pengambil kebijakan strategis mempunyai peranan penting dalam pengembangan dan pengelolaan organisasi. Pemimpin tidak hanya menjadi pengambil kebijakan, akan tetapi harus menjadi pelaku dari kebijakan yang dilakukan. Hal ini memberikan dampak positif bagi pegawai dalam pener.epan dan pelaksanaan kegiatan organisasi. Fenomena kepemimpinan menjadi sebuah konsepsi pengetahuan yang memberikan pemahaman terhadap pentingnya pelaksanaan organisasi kualitas kepemimpinan baru dapat dicapai apabila dalam diri setiap pemimpin tumbuh kesadaran dan pemahaman yang mendalam terhadap makna kepemimpinan dengan segala aspeknya.

Untuk mendapatkan pemimpin yang baik dimasa sekarang dan yang akan datang perlu adanya kaderisasi kepemimpinan yang berkualitas sehingga dapat menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mampu mempertanggungjawabkan apa yang dipimpinnya, dan mampu membawa Negara menjadi Negara yang maju dan madani yaitu Negara yang terhindar dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pembentukan Baperjakat ini menjadi agenda reformasi birokrasi pemerintahan dengan prinsip The Right Man on The Right Place sebagai landasan pelaksanaan dalam hal pemutasian pegawai yang diharapkan mampu membawa perubahan di birokrasi pemerintahan. Jabatan dan kepangkatan merupakan salah satu indikator terhadap pegawai yang akan dimutasikan.

Tujuan pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) disetiap instansi agar pegawai yang dimutasikan dapat di tempatkan sesuai dengan jabatan dan kepangkatan, serta tugas dan keahlian yang dimilikinya. Realita yang terjadi dalam pemutasian pegawai seringkali pegawai yang telah ditempatkan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan sehingga, dalam menjalankan tugasnya telah mendapat kesulitan dan pada akhirnya tidak mampu melaksanakan tugas dengan baik.Secara umum hal-hal yang dijadikan pertimbangan untuk penempatan dalam jabatan adalah penilaian pelaksanaan pekerjaan, keahlian, perhatian, Daftar urutan kepangkatan, kesetiaan, pengalaman, dan dapat dipercaya. Jabatan dalam birokrasi pemerintah adalah jabatan karier yang berarti jabatan yang hanya bisa diduduki oleh pegawai negeri sipil atau pegawai yang telah beralih status sebagai pegawai negeri sipil.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Mekanisme Kepemimpinan pada Organisasi/Birokrasi Pendidikan ?

2.      Bagaimana Kaderisasi/Alih Generasi dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam ?

3.      Bagaimana Peran Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan dalam kepemimpinan Pendidikan Islam ?

C.     Tujuan

1.      Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme Kepemimpinan pada Organisasi/Birokrasi Pendidikan

2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Kaderisasi/Alih Generasi dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam

3.      Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan dalam kepemimpinan Pendidikan Islam

D.    Metode Penulisan

Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka (library reseach) dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, jurnal, lifet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.[1] (Danial A.R. 2009:80) Pengumpulan data dengan hasil penelitian terdahulu yang menjadi pendukung data pada tema penelitian dengan proses penelitian dimulai dengan tahapan mengidentifikasi, menemukan informasi yang relevan, menganalisis hasil temuan, dan kemudian mengembangkan dan mengekspresikannya menjadi temuan baru

 

 

 

 

 

PEMBAHASAN

A.    Mekanisme Kepemimpinan Pada Organisasi/Birokrasi Pendidikan

Sebagaimana oleh dalam (Zahroh Luthfita, 2016), ditegaskan bahwa “setiap dan semua organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin yang harus menjalankan kepemimpinan (leadership) dan manajemen (management) bagi keseluruhan organisasi sebagai satu kesatuan.”[2]

Dalam menentukan teori mana yang paling sesuai untuk diterapkan dalam sebuah organisasi atau institusi (termasuk institusi pendidikan), menjadi sangat penting untuk mengetahui parameter yang dijadikan patokan penilaian.

Islam telah memberikan landasan bahwa kepemimpinan sangatlah penting dalam kehidupan. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan dan dapat mempengaruhi orang lain dan seorang pemimpin harus mampu membuat perubahan yang baik. Seperti yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 133 :

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.s. al-Baqarah, [2]: 133).

Kepemimpinan merupakan hal yang sangat dibutuhkaan dalam mempimpin sebuah organisasi. Kepemimpinan adalah setiap peruatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang terrgabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam organisasi, baik buruknya organisasi sering kali sebagian besar tergantung pada faktor pemimpin. Berbagai riset juga telah membuktikan bahwa faktor pemimpin memegang peran penting dalam organisasi. Faktor pemimpin yang sangat penting adalah karater dari orang yang menjadi pemimpin.

Sifat-sifat kondusif yang harus dimiliki oleh pemimpin Ali Muhammad Taufiq menjelaskan macam-macam sifat kondusif yang harus dimiliki oleh pemimpin berikut ini:[3]

1.      Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan perusahaan/  organisasinya.

2.      Memfungsikan keistimewaan yang lebih dibanding orang lain (QS. Al-Baqorah: 247).

3.      Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya (QS. Ibrahim: 4).

4.      Mempunyai karisma dan wibawa di hadapan manusia atau orang lain (QS. Hud: 91).

5.      Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu (QS. Shad: 26).

6.      Bermuamalah denga lembut dan kasih sayang terhadap bawahannya, agar orang lain simpatik kepadanya (QS. Ali-Imaran: 159).

7.      Menyukai suasana saling memaafkan antara pemimpin dan pengikutnya, serta membantu mereka agar segera terlepas dari kesalahan (QS. Ali-Imran: 159).

8.      Bermusyawarah dengan para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka (QS. Ali-Imran : 159).

9.      Menerbitkan semua urusan dan membulatkan tekad untuk bertawakal kepada Allah (QS. Ali Imran: 159).

10.  Membangun kesadaran akan adanya pengawasan dari Allah (muraqabah) sehingga terbina sikap ikhlas dimana pun, kendati tidak ada yang mengawasi kecuali Allah.

11.  Memberikan santunan sosial (takaful ijtima’) kepada para anggota, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan rasa dengki dan perbedaan strata sosial yang merusak (QS. Al-Hajj: 41).

12.  Mempunyai power dan pengaruh yang dapat memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan kontrol pengawasan atas pekerjaan anggota, meluruskan kekeliruan, serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran (QS. Al-Hajj: 41).

13.  Tidak membuat kerusakan di muka bumi, serta tidak merusak ladang keturunan, dan lingkungan (QS. Al-Baqarah: 205).

14.  Bersedia mendengar nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh (QS. Al-Baqarah: 206).[4]

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala lembaga pendidikan Islam melakukan pengelolaan dan pembinaan lembaga pendidikan Islam melalui kegiatan administrasi, manajemen, dan kepemimpinan semua mengerucut pada satu arah. Oleh karena itu, pemimpin perlu memiliki sifat yang mendukung keberhasilan lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan anggotanya serta dalam pencapaian tujuan pendidikan Islam. Sifat-sifat tersebut seperti: ramah, responsif, periang, antusias, berani, mempunyai intelektual baik, percaya diri, menerima kritik dan saran dari orang-orang yang dipimpinnya, serta bebas dari rasa takut. Sifat-sifat tersebut akan membentuk pemimpin sejati, yaitu:

1.      Seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain sehingga dicintai.

2.      Memiliki integritas yang kuat sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya dan selalu membimbing dan mengajari pengikutnya, serta memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten.

3.      Kemudian hal yang terpenting adalah memimpin berlandaskan atas suara hati yang fitrah.[5]

Semua ini merupakan gambaran pemimpin yang memiliki kepribadian dan budi pekerti yang agung sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. peran untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam yang disertai dengan perubahan organisasi pendidikan konvensional menjadi organisasi pendidikan Islam pembelajar terletak dalam diri pemimpin. Artinya, faktor kepemimpinan merupakan fakta yang paling esensial dalam mengubah tatanan paradigma di lembaga pendidikan Islam saat ini.[6]

Seorang pemimpin yang menginginkan keberhasilan dalam lembaga atau organisasi yang di pimpinnya harus ban yak memiliki suatu kelebihan yang dapat diteladani oleh para bawahannya. Pemim pin yang baik memahami bahwa keteladanan merupakan alat bantu yang ampuh dan efektif dalam menjalankan roda kepemimpinannya, keteladanan yang diberikannya berdaya pengaruh jauh lebih hebat dibandingkan bila ia hanya mengkhotbahkannya. [7]

Kepemimpinan yang baik adalah yang mampu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai pemimpin dalam penyelenggara pendidikan Islam dan sumber daya manusia hendaknya mampu menciptakan iklim organisasi yang baik agar semua komponen lembaga pendidikan Islam dapat memerankan diri secara bersama untuk mencapai sasaran dan tujuan lembaganya. Keberhasilan dalam menyeleng garakan pendidikan Islam merupakan hal yang harus diperhatikan dan diupayakan untuk dicapai oleh seorang pemimpin, sebab pendidikan Islam di lembaga pendidikan Islam dapat dikatakan berhasil atau tidaknya, sangatlah dipengaruhi sejauh mana kemampuan kepemimpinan seorang pemimpin dalam menata dan mengembangkan lembaga pendidikan Islamnya.

Seorang pemimpin lembaga pendidikan Islam mempunyai tanggung jawab untuk menata pola lembaga pendidikan Islam dengan memperhatikan hal-hal berikut:[8]

1.      Fokus Pada Pelanggan.

Organisasi bergantung pada pelanggan sehingga organisasi harus memahami kebutuhan masa kini dan masa mendatang dari pelanggannya, serta harus memenuhi dan berusaha melampai harapan pelanggan. Dalam lingkungan pendidikan, kepuasan pengguna jasa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam TQM. Oleh karena itu, identifikasi pengguna jasa pendidikan dan kebutuhan mereka merupakan aspek yang krusial. Adapun langkah pertama TQM adalah memandang peserta didik sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan baik.

 

2.      Kepemimpinan.

Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Pemimpin puncak perlu menyusun visi sekolah dengan jelas dan dilengkapi dengan sasaran dan tujuan yang konsisten dan didukung pula dengan perencanaan taktis dan strategis. Kualitas manajerial pimpinan harus dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu memperagakan kualitas kepemimpinan yang sama, yang diperlukan untuk mengembangkan TQM. Oleh karena sebab itu, keterlibatan langsung pemimpin lembaga pendidikan sangat penting.

 

3.      Pelibatan Anggota.

Anggota semua tingkatan merupakan inti suatu organisasi, dan pelibatan mereka memungkinkan kemampuannya dipakai untuk manfaat organisasi. Para karyawan harus dilibatkan pada setiap proses untuk menyusun arah dan tujuan serta peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mutu. Dengan demikian, setiap individu akan terlibat dan mempunyai tanggung jawab untuk mencari perbaikan yang terus menerus terhadap proses yang berada pada lingkungan tugasnya.

 

4.      Pendekatan Proses dan Pendekatan Sistem Pada Manajemen.

Pendekatan proses ialah suatu pendekatan untuk perencanaan, pengendalian, dan peningkatan proses-proses utama dalam sekolah dengan menekankan pada keinginan pelanggan daripada keinginan fungsional.Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai bagian/komponen yang satu sama lain saling tergantung untuk menuju tujuan.Pendekatan sistem memandang suatu organisasi secara keseluruhan daripada bagian-bagian yang diekspresikan sebagai holistic.

 

5.      Perbaikan Berkesinambungan.

Perbaikan yang berkesinambungan berkaitan dengan komitmen terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi pada visi dan misi bersama, serta pemberdayaan semua partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi dan misi tersebut. Perbaikan berkelanjutan merupakan hal penting untuk setiap organisasi dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam. Perbaikan tersebut hanya dapat dicapai bila setiap orang disekolah bersamasamauntuk melakukan beberapa hal berikut: (a). Menerapkan roda mutu pada setiap aspek kerja, (b). Memahami manfaat jangka panjang pendekatan biaya mutu, (c) Mendorong semua perbaikan baik besar maupun kecil, (d) Memfokuskan pada upaya pencegahan dan bukan penyelesaan masalah.

 

6.      Pendekatan Fakta Pada Pengambilan Keputusan.

Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Pengambilan keputusan yang dlakukan berdasarkan pendapat atau informasi lisan seringkali menimbulkan bias. Manajemen hendaknya membangun kebiasaan menggunakan fakta dan hasil analisis sebelum melakukan pengambilan keputusan. Jadi tidak semata-mata atas dasar intuisi, praduga, atau organizational politics.

 

7.      Hubungan Yang Saling Menguntungkan.

Hubungan antara sekolah dan pemasoknya (masyarakat) yang saling bergantung dan saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai. Organisasi manajemen mutu yang sukses menjalin hubungan yang kuat ddengan para pemasok atau pelanggan untuk menjamin terjadinya perbaikan mutu secara berkesinambungan dalam menghasilkan barang dan jasa.

Adapun efektifitas konsep kepemimpinan bermutu dalam pendidikan Islam ini tercerminkan dalam keberhasilan seorang pemimpin mencapai tujuan yang telah ditetapkan di lembaga pendidikan Islam, melalui kombinasi ideal. antara orientasi pada tugas dan penekanan pada hubungan kemanusiaan sesuai dengan situasi yang dihadapi, hal ini dapat di lihat dari beberapa hal, sebagai berikut:[9]

1.      Kekuatan mempengaruhi bawahan.

Hal ini sangat terkait dengan kekuasaan dan kemampuan pimpinan dalam mewujudkan komitmen para bawahannya dan menggerakkan mereka dalam kegiatan. Keyakinanyang kuat untuk tetap berusaha dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras tana putus asa untuk mencapai hasil yang maksimal haruslah dimiliki seorang individu dalam mencapai tujuan bersama. Dengan kesungguhan ini maka akan mendorong adanya konsistensi diri karyawan untuk menjalankan konsekuensi dari segala resiko atau ikrar yang baik secara lahiriyah maupun bathiniyah . Allah berfirman: Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS.Fushilat [41]: 30). Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang mengatakan dan mengakui bahwa Tuhan Yang Menciptakan, Memelihara, dan Menjaga kelangsungan hidup, Memberi rezeki, dan yang berhak disembah, hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, kemudian mereka tetap teguh dalam pendiriannya itu, maka para malaikat akan turun untuk mendampingi mereka pada saat-saat diperlukan. Di antaranya pada saat mereka meninggal dunia, di dalam kubur, dan dihisab di akhirat nanti, sehingga segala kesulitan yang mereka hadapi terasa menjadi ringan.

 

2.      Tugas dan tanggung jawab

Pemimpin sejati jelajahnya ada di dalam hati yang dipimpin. Dengan demikian, yang mengikuti akan dengan tulus berjuang dan berkorban untuk menggapai tujuan yang diharapkan bersama. Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan untuk taat kepada pemimpin, dan tidak memberikan pengecualian kecuali jika dalam hal kemaksiatan. Maka perkara (aturan) lainnya yang bukan maksiat, harus tetap ditaati. Allah Ta’ala befirrman, Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, taatlah kalian kepada Rasul dan ulil amri di antara kalian.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59).

 

3.      Perilaku yang mengarah pada satu tujuan

Pimpinan dalam hal ini harus selalu mengarahkan semua aktifitas bawahan pada tujuan organisasi, meskipun secara pribadi mereka memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Di sinilah letak perilaku pimpinan dalam mengelola pekerjaan dan hubungan. Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Actuating artinya orang-orang agar bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat mengarahkan bawahannya pada kebaikan. Selain amanah, ciri manajemen Islami adalah seorang pemimpin harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Sesuai dengan firman Allah QS. An-Nahl: 125 yang memerintahkan agar manusia senantiasa saling mengingatkan agar berbuat kebaikan dan bekerja dengan benar. Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. An- Nahl [16]: 125)

 

4.      Kemampuan dalam memenej sumber daya

Dalam hal ini, pimpinan harus pandai memetakan setiap tugas dan tanggung jawab secara tepat, selanjutnya dipercayakan pada pegawai yang kompeten di bidangnya dengan memanfaatkan sumber daya lain yang mendukung sehingga tidak terjadi pemborosan. Segala sumber daya alam ditundukkan oleh Allah dan pemanfaatannya diserahkan kepada manusia. Sebagaimana terungkap dalam Firman Allah yang Artinya “ Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Qs. Al-Jatsiyat [45]:13). Namun dalam pemanfaatan sumber daya alam manusia tidak boleh serta merta memanfaatkan sesuai dengan keinginannya seperti menjual karunia air, hal seperti itu dilarang oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau :“dari jabir bin abdullah ia berkata, Rasulullah SAW melarang menjual karunia air.” (HR. Muslim). Dan hadis tersebut diperjelas oleh hadis yang lain “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ karunia air tidak boleh dijual karena menjual air berdampak pada dijualnya rumput”.(HR. Muslim:2929).

 

5.      Selalu dalam bimbingan norma-norma kemanusiaan.

Norma tersebut merupakan sistem nilai yaitu keyakinan dan tujuan yang dianut bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial membentuk perilaku mereka. Mereka bekerja dan berhubungan dalam satu tujuan di bawah bimbingan norma tersebut. Dengan norma itulah mereka bersatu. Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Mujadilah [58]:11). Ayat ini, adalah ajaran dari allah untuk para hambaNya yang beriman ketika mereka berada dalam majelis perkumpulan, yang sebagian dari mereka ada orang yang baru datang meminta agar tempat duduk diperluas. Termasuk bersopan santun dalam hal ini adalah dengan memberikan kelonggaran tempat baginya agar maksudnya bisa terpenuhi, bukan untuk mengganggu orang yang memberi kelonggaran tempat tersebut. Maksud saudaranya pun terpenuhi tanpa harus terganggu. Balasan itu berdasarkan jenis amal. Siapa pun yang memberi kelonggaran, maka akan diberi kelonggaran oleh Allah, siapa pun yang memberi keleluasaan pada saudaranya, maka Allah akan memberinya keleluasaan.

Kualifikasi seorang pemimpin yang bermutu dalam Lembaga Pendidikan Islam Menurut Abdullah Syukri Zarkasyi, kepemimpinan yang bermutu dalam pendidikan Islam terdiri dari 14 kualifikasi, yaitu sebagai berikut:[10]

1) Ikhlas, 2) Selalu mengambil inisiatif, 3) Mampu membuat jaringan kerja dan memanfaatkannya, 4) Dapat dipercaya, 5) Berkerja keras dan bersungguh-sungguh, 6) Menguasai masalah dan dapat menyelesaikannya, 7) Memiliki integritas tinggi, 8) Memiliki nyali yang tinggi dan tidak takut resiko, 9) Jujur dan terbuka, 10) Siap berkorban, 11) Tegas, 12) Cerdas dalam melihat, mendengar, mengevaluasi, menilai, memutuskan, dan menyelesaikannya, 13) Mampu berkomunikasi, dan 14) Baik dalam bermu’amalah..

B.     Kaderisasi/alih generasi dalam kepimpinan pendidikan Islam

1.      Pengertian Kaderisasi

Kaderisasi berasal dari kata kader. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kader diartikan orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai dan sebagainya. Kaderisasi atau pengaderan berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader.[11]

Mangkubumi (1989:59) kaderisasi sebagai suatu siklus yang berputar terus dengan gradasi yang meningkat dan dapat dibedakan menjadi tiga komponen utama, yaitu: Pendidikan kader: disampaikan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan. Penugasan kader: mereka diberi kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan organisasi sebagai latihan pematangan dan pendewasaan. Pengerahan karir kader: diberi tanggung jawab lebih besar dalam berbagai aspek petjuangan sesuai potensi dan kemampuan yang ada.[12]

Dalam Capita Selecta 2, mantan Perdana Menteri Indonesia zaman Orde Lama, Muhammad Natsir menekankan pentingnya kaderisasi. Menurutnya seorang pemimpin harus sadar bahwa masa kepemimpinannya pasti berakhir. Posisinya akan diganti oleh orang baru. Oleh karena itu selama masa kepemimpinan, seorang pemimpin harus menyiapkan kader-kader untuk menggantikannya kelak.[13]

Kaderisasi diperlukan, Karena semua manusia termasuk yang sekarang menjadi pemimpin, suatu saat pasti akan mengakhiri kepemimpinannya, baik dikehendaki maupun tidak. Proses tersebut dapat terjadi karena; a) Dalam suatu organisasi ada ketentuan periode kepemimpinan seseorang, b) Adanya penolakan dari anggota kelompok, yang menghendaki pemimpinnya diganti, baik secara wajar maupun tidak wajar, c) Proses alamiah,menjadi tua dan kehilangan kemampuan memimpin, d) Kematian. Lebih lanjut Veithzal dan Mulyadi (2011:96) Kaderisasi perlu diupayakan karena: a) Agar tersedia jumlah pemimpin yang cukup dan berkualitas sehingga kader aktif mempersiapkan diri agar lebih berkualitas dari generasi sebelumnya, b) Organisasi membuat perkiraan dalam jumlah, jenis dan kualitas pemimpin yang diperlukan di masa depan secara berkesinambungan.[14]

Pemimpin yang baik bukan di lihat dari seberapa banyak pengikutnya, dan seberapa lama ia memimpin, tapi terlihat dari seberapa banyak ia bisa menciptakan pemimpin-pemimpin baru. Kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekumpulan manusia menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan mendorong mereka bertindak dengan cara tidak memaksa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu peranan dan juga merupakan suatu proses untuk memengaruhi orang lain.[15]

Sebagai contoh lembaga yang dianggap mampu memberikan pengalaman dalam Proses kaderisasi adalah pondok pesantren, tetapi tidak semua pesantren mampu melakukannya. Untuk sebuah intstitusi pendidikan seperti Gontor, kaderisasi menjadi program prioritas, bukan hanya untuk melanjutkan yang sudah ada, tetapi juga untuk meneruskan perjalanan meraih cita-cita.[16]

Istilah kader, sering dipahami sebagai sosok remaja atau kaum muda yang akan melanjutkan estafet perjuangan organisasi yang bersangkutan. (Amin Rais, 1995:78) Dengan sendirinya jika muncul istilah kader, maka yang muncul dalam pikiran orang adalah pemuda atan pemudi yang aktif mempersiapkan diri, membekali diri dengan berbagai pengetahuan, pengalaman, organisasi,dan keterampilan tertentu untuk mmelanjutkan peijuangan/misi organisasi di tempat mereka aktif. Seperti organisasi pada umumnya, pondok pesantren berusaha memberikan pengalaman memimpin kegiatan tertentu, sebagai proses yang sama dalam mempersiapkan pemimpin di masa yang akan datang.[17]

Pendidikan kaderisasi kepemimpinan selain sebagai proses, juga merupakan sistem yang dibangun oleh seorang pemimpin dan  keberadaannya terletak sistem yang lebih besar di organisasi itu sendiri, dimana semua komponen yang ada dalam sistem organisasi memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kaderisasi kepemimpinan. Dan pendidikan kaderisasi ini, biasanya dilakukan dalam beberapa alur antara lain:rekrutmen,pembinaan, pengkaryaan, penjagaan dan pemetaan.

 

2.      Langkah-langkah dalam penerapan pendidikan kaderisasi kepemimpinan

Langkah-langkah ini merupakan aspek yang sangat penting, karena tanpa suatu langkah-langkah yang matang, tujuan yang ingin dicapai tak akan bisa tercapai secara optimal.

Langkah-langkah kaderisasi modern tersebut antara lain melalui tahapan aktivitas sebagai berikut:(1)Seleksi kader potensial sejak dini. Seleksi ini menyangkut, baik kemampuan akademis, maupun kualitas kepribadian, dan kemampuan komunikasi sosialnya, (2) Pendidikan umum dan pendidikan khusus yang menunjang kebutuhan kader untuk melaksanakan tugas di masa yang akan datang, (3) Evaluasi bertahap, baik yang menyangkut kemampuan personal akademik, maupun sosialnya, (4) Pendidikan remedial bagi kader yang mengalami ketertinggalan dalam proses pendiddikan yang ditargetkan, (5) Praktek magang, untuk mempraktekkan hasil-hasil pendidikan kader yang telah diterima, dan (6) Sertifikasi kader untuk menentukan apakah seorang kader telah memenuhi target ditetapkan atau masih belum.

3.      Proses dalam Penerapan Kaderisasi Kepemimpinan Pendidikan Islam

Adapun kegiatan proses penerapan pendidikan kaderisasi kepemimpinan ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh G. Terry dan L. W. Rue, meliputi: (1) Pengarahan yang dilaksanakan oleh pemimpin kepada kader-kader pemimpin tentang tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan kaderisasi kepemimpinan, (2) Penetapan dan memimpin atas jalannya standar- standar proses penerapan pendidikan kaderisasi kepemimpinan, (3) Pelatihan- pelatihan kepada kader-kader pemimpin agar proses penerapan pendidikan kepemimpinan lebih efektif,(4)Pembimbingan kepada para kader pemimpin agar proses penerapan kepemimpinan lebih efektif, (5) Pemberian motivasi kepada para kader,(6)Berkomunikasi antara pemimpin dan kader-kader pemimpin dalam proses penerapan pendidikan kaderisasi kepemimpinan,dan (7)Pembentu-kan miliu atau lingkungan pendidikan kaderisasi kepemimpinan.

 

4.      Metode dalam Kaderisasi Kepemimpinan Pendidikan Islam

Di dalam kaderisasi menggunakan beberapa metode, diantaranya Pengarahan, Pelatihan, Penugasan, Pembiasaan, Pengawalan, Uswah Hasanah dan Pendekatan.[18]

a.       Pengarahan

Pengarahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melaksanakan suatu kegiatan, baik yang sifatnya rutin atau insidentil. Dengan begitu para kader pemimpin akan mengetahui secara mendalam makna dari kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut. Dalam proses pembentukan karakter pemimpin, pemberian pengarahan terhadap kader sebelum melaksanakan berbagai kegiatan adalah mutlak dan sangat penting. Dengan pengarahan kader akan diberikan pemahaman terhadap seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan, dan dievaluasi setelahnya untuk mengetahui standar pelaksanaan kegiatan tersebut”

b.      Pelatihan

Seperti disebutkan di atas,bahwa pengarahan saja tidak mencukupi, kader harus mendapatkan pelatihan-pelatihan hidup sehingga mereka bisa trampil dalam bersikap dan mensikapi kehidupan ini, memiliki wawasan yang luas, baik wawasan keilmuan, pemikiran dan pengalaman. Dengan demikian, kader akan memiliki kepercayaan diri yang lebih, sehingga ruang untuk berprestasi bisa lebih luas dan terus berkembang.

c.       Penugasan

Pemberian tugas merupakan cara mendidik calon pemimpin, dengan diberi tugas calon pemimpin memiliki pengalaman- pengalaman bagaimana cara memimpin. Karena tugas-tugas yang diberikan itu akan sangat mungkin mereka temukan dikemudian hari nanti. Dengan tugas-tugas tersebut mereka mampu menggali potensi kemampuan mereka dalam memimpin dan mampu mengembangkan ketrampilan memimpin karena telah mengalami penugasan- penugasan yang beragam.

d.      Pembiasaan

Merupakan lanjutan dari pelatihan dan penugasan, seluruh tugas yang diberikan secara berulang- ulang dan beragam menjadi pendidikan pembiasaan bagi calon pemimpin. Karena terbiasa dilatih dan diberi tugas mereka memiliki kesiapan yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin yang militan di masa yang akan datang. Pembiasaan memiliki makna terus menerus, jadi seluruh pelatihan-pelatihan yang ada dilakukan secara berkelanjutan, hal itu dapat membentuk karakter pemimpin yang kuat dan kokoh karena telah mengalami banyak pengalaman.

e.       Pengawalan

Dalam mendidik kader pemimpin, semua kader pemimpin harus merasa dikawal dan diawasi, karena dengan begitu seorang pemimpin organisasi akan mengetahui kekurangan atau kejanggalan yang terjadi dari suatu proses tersebut, sehingga dapat dengan segera mengambil langkah-langkah pre-fentif atau kuratif untuk mensukseskan jalannya program- program yang diterapkan. Selain pengawalan secara langsung, bisa juga pengawalan dilakukan melaui laporan- laporan rutin dari orang yang diberikan tugas.

f.       Uswah Hasanah

Uswah hasanah adalah upaya memberikan dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Dalam kaitan pendidikan, upaya ini menjadi sangat penting dalam keberhasilan pendidikan.Rasulullah beserta para sahabatnya berhasil membina umat, karena kemampuannya menjadi suri tauladan bagi umatnya.

g.      Pendekatan

Pendekatan Pendidikan dan pengajaran yang telah disebutkan di atas belum mencukupi dan mampu dilaksanakan bila tidak disertai pendekatan- pendekatan. Ada tiga macam pendekatan, yaitu: Pendekatan Manusiawi, pendekatan secara fisik dengan cara memanusiakan kadernya, bahwa kader adalah calon pemimpin yang harus disikapi dan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. Mengapa harus dekat secara fisik? Hal ini menjadi sangat penting, karena proses pengkaderan bisa dilakukan apabila secara fisik dekat. Bagaimana akan bisa diketahui pola fikir, sikap dan prilaku kader, bila tidak bersentuhan langsung.

Pendekatan Program, Selain dari pendekatan secara fisik, harus ada pendekatan program atau tugas. Bagaimanapun hebatnya pendekatan manusiawi dengan segala kebaikan hati belumlah cukup. Maka pendekatan tugas atau program justru akan menjadikan calon pemimpin menjadi lebih trampil, bertambah pengalaman dan wawasan. Dia akan berhati-hati dan menumbuhkan jiwa kesungguhan dan militansi.

Pendekatan Idealisme, Dua pendekatan di atas, dalam proses kaderisasi belumlah cukup. Karena kedua pendekatan tersebut seringkali bersifat pragmatis, belum menyentuh tataran isi dan nilai, filsafat dan ruh kegiatan yang diberikan.Maka haruslah ada pendekatan idealisme, pendekatan Ini lebih merupakan upaya memberikan ruh, ajaran filosofi dibalik penugasan.

5.      Faktor Pendukung dan penghambat kaderisasi pemimpin

Adapun faktor-faktor penun-penunjang yang berasal dari dalam lingkungan organisasi meliputi: dukungan dari seluruh stakeholder kepengurusan organisasi, pemahaman tentang visi misi organisasi, sumber daya manusia (SDM) yang siap dikader, pelatihan yang terstruktur dan terencana, sarana prasarana yang memadai, pendanaan yang cukup, dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat proses ini, meliputi: Mental para calon kader yang lemah, kurangnya Pengawasan langsung dari pimpinann, sarana yang kurang terjaga, pendanaan yang terbatas, dan kurangnya minat masyarakat terhadap organisasi.[19]

 

C.     Peran Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Daerah, Provinsi dan Pusat dalam kepimimpinan Pendidikan Islam

1.      Pengertian baperjakat

Baperjakat adalah tim yang bersifat membantu pimpinan untuk memberikan penilaian dan pertimbangan dalam hal pengangkatan dalam jabatan dan kepangkatan PNS di lingkungan Departemen Agama mendekati objektifitas yang sesungguhnya.[20]

Baperjakat adalah unsur pembantu pimpinan yang bertugas meberikan pertimbangan dalam hal pengangkatan dan pemindahan jabatan, kenaikan pangkat istimewa serta penunjukan Pegawai Negeri Sipil sebagai peserta diklat jabatan di lingkungan Departemen Agama.[21]

 

2.      Tugas Pokok Baperjakat

Tugas pokok Baperjakat adalah memberikan pertimbagan kepada Pimpinan dalam hal:

a.       pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan structural

b.      pemberian kenaikan pangkat istimewa bagi Pegawai Negeri Sipil berprestasi luar biasa atau karean penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara

c.       penunjukan pegawai negeri sipil untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan jabatan struktural[22]

 

3.      Kewenangan Baperjakat dalam Departemen

Baperjakat Departemen mempunyai tugas pokok memberikan pertimbangan kepada Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat yang ditunjuk untuk:

a.       mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan dalam dan dari jabatan struktural eselon II di lingkungan unit utama

b.      memberikan kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural eselon II di lingkungan unit utama

c.       memberikan perpanjangan batas usia pensiun PNS yang menduduki jabatan struktrural eselon II di lingkungan unit utama;

d.      mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan kepala bidang/atase pendidikan dan kebudayaan pada Kedutaan Besar Republik Indonesia kepada Menteri Luar Negeri

e.       mengusulkan pemberian kenaikan pangkat bagi PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara di lingkungan Departemen.

 

Baperjakat unit utama mempunyai tugas pokok memberikan pertimbangkan kepada Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat yang ditunjuk untuk:

a.       mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan dalam dan dari jabatan struktural eselon III dan eselon IV

b.      memberikan kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural eselon III dan eselon IV di lingkungan unit utama masing-masing termasuk unit pelaksana teknis binaannya.

 

Baperjakat perguruan tinggi mempunyai tugas pokok memberikan pertimbangan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk:

a.       mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan dalam dan dari jabatan structural

b.      memberikan kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan structural

c.       memberikan perpanjangan batas usia pensiun PNS yang menduduki jabatan struktrural eselon II di lingkungan perguruan tinggi masing-masing.

 

4.      Fungsi baperjakat untuk melaksanakan tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

a.       meneliti dan menilai, kemudian memberikan pertimbangan dan saran terhadap usul-usul.

b.      menetukan tata cara persidangan untuk membahas dan membicarakan masalah-masalah yang menjadi tugas pokoknya[23]

 

KESIMPULAN

            Dengan penjelasan yang telah disebutkan dimulai dari mekanisme kepemimpinan pada organisasi pendidikan islam yang dimana Fenomena kepemimpinan menjadi sebuah konsepsi pengetahuan yang memberikan pemahaman terhadap pentingnya pelaksanaan organisasi kualitas kepemimpinan baru dapat dicapai apabila dalam diri setiap pemimpin tumbuh kesadaran dan pemahaman yang mendalam terhadap makna kepemimpinan dengan segala aspeknya.

            kaderisasi dalam kepemimpinan pendidikan islam Untuk mendapatkan pemimpin yang baik dimasa sekarang dan yang akan datang perlu adanya kaderisasi kepemimpinan yang berkualitas sehingga dapat menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mampu mempertanggungjawabkan apa yang dipimpinnya, dan mampu membawa Negara menjadi Negara yang maju dan madani yaitu Negara yang terhindar dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. sampai pada peran Baperjakat dalam kepemimpinan pendidikan islam ini mampu menganalisis konsep dan implementasi Mekanisme Kepemimpinan Pendidikan Islam di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, T. (n.d.). Pendidikan Kaderisasi Kepemimpinan di Pondok Pesantren Menurut KH. Imam Zarkasyi Dalam Pendidikan Islam.

dkk, D. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKN UPI.

dkk, S. F. (n.d.). Model Regenerasi dan Kaderisasi Kepemimpinan Dalam Islam. Bogor: Fakultas Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun.

Kompri. (2015). Manajemen Sekolah (Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kotter, J. P. (1997). The Leadership Factor (Faktor Kepemimpinan): Membangun Tim Manajemen Unggul. Jakarta: PT Perhallindo.

Luthfita, I. Z. (Juni 2016). Kepemimpinan: Pengembangan Organisasi, team Building dan Perilaku Inovatif (Studi Kepemimpinan Kepala Sekolah Ari Jogoroto Jombang). Tafaqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman.

Rusdiana. (2019). Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: Program Pascasarjanan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

Syahputra, M. R. (n.d.). Fungsi Kaderisasi dalam Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan. Journal Of Education Teaching and Learning.

Umiarso, B. &. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Zarkasyi, A. S. (2011). Bekal Pemimpin. Gontor: Trimurti Press.

 



[1] Danial A.R., Endang dan Wasriah, Nana, Metode Penulisan Karya Ilmiah, (Bandung: Laboratorium PKn UPI. 2009), hlm 80

[2] Illa Zahroh Luthfita, Kepemimpinan: Pengembangan Organisasi, Team Buliding dan Perilaku Inovatif (Studi Kepemimpinan Kepala Sekolah Ari Jogoroto Jombang). Tafaqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman. Juni 2016, hlm 94

[3] Rusdiana, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 2019) hlm 48

[4] Ibid, hlm 54

[5] Baharuddin & Umiarso, kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),  hal 133

[6] Ibid, hlm 285-288

[7] Kompri, Manajemen Sekolah (Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm 60

[8] Ibid. hlm 293

[9] John P. Kotter, The Leadership Factor (Faktor kepemimpinan): Membangun Tim Manajemen Unggul, (Jakarta: PT Perhallindo, 1997), hlm 17-18

[10] Abdullah Syukri Zarkasyi, Bekal Pemimpin, (Gontor: Trimurti Press, 2011), hlm 45

[11]Saiful Falah. dkk, Model Regenerasi Dan Kaderisasi Kepemimpinan Dalam Islam, (Bogor :Fakultas Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun), hlm 71

[12] Muhammad Rizki Syahputra, Fungsi Kaderisasi dalam Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan, Journal Of Education Teaching and Learning, hlm 22

[13] Ibid, hlm 72

[14] Ibid, hlm 23

[15] Ibid, hlm 22

[16] Tamsir Ahmadi: Pendidikan Kaderisasi Kepemimpinan di Pondok Pesantren Menurut KH.Imam Zarkasyi Dalam Pendidikan Islam. Hlm 38

[17] Ibid. 40

[18] Ibid.

[19] Ibid.

[20] KMA RI Nomor 350 Tahun 1998, Tentang Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Di Lingkungan Departemen Agama

[21] Peraturan Menteri Agama Nomor 9 tahun 2007 tentang Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan di Lingkungan Deparetemen Agama.

[22] Ibid.

[23] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 2006 tentang Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional

No comments:

Post a Comment