MADRASAH NIZAMIYAH DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Makalah
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Indonesia
Dosen
Pengampu: Ustadz Taufik Rizki Sista, M.Pd.
Oleh :
Ilham Ramadhan
Imam Al-Mujahidin
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1438/2017
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut ajaran Islam, manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dan
lebih di muliakan dari makhluq lainya, kelebihan manusia ialah mempunyai akal
dan daya kehidupan yang dapat membentuk peradaban dan selalu mendambakan
kesempurnaan baik lahir maupun batin.
Dari aspek pendidikan kita dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan dalm pengajaran, dimulai dari kegiatan
Rasulullah dalam pembelajaran yang biasa disebut Ta’lim untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Islam kepada sahabatnya dengan membentuk tempat belajar yang
disebut Dar al Arqam.[1]
Usaha pendidikan ini terus berkembang oleh generasi berikutnya, Salah satu
jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV hijriah adalah
madrasah Nizhamiyah yg merupakan sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun
457-459 H/ 1065-1067 M (abad IV) oleh Nizam Al-Mulk dari dinasti Saljuk. Jadi,
dapat diambil kesimpulan bahwa Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama
kali muncul dalam sejarah pendidikan islam yang berbentuk lembaga pendidikan.[2]
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Madrasah Nizhamiyah ?
2. Apa pengaruh Madrasah Nizhamiyah terhadap
pendidikan islam ?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah Madrasah Nizhamiyah
2. Untuk mengetahui pengaruh Madrasah Nizhamiyah
terhadap pendidikan islam
BAB II
Pembahasan
A. Sejarah Berdirinya Madrasah Nizhamiyah
Kata madrasah sendiri merupakan isim makan dari kata darasa yang berarti
belajar. Jadi madrasah berarti tempat belajar siswa atau mahasiswa.[3] Dalam
sjarah pendidikan Islam makna madrasah tersebut memegang peranan penting
sebagai Institusi belajar umat Islam selama pertumbuhan dan perkembangannya.
Penjelmaan istilah madrasah sendiri secara definitif baru muncul pada abad
Ke-11, penjelmaan istilah “madrasah” merupakan Tranformasi dari masjid ke
madrasah ada beberapa teori yg berkembang seputar proses transformasi tersebut
antaralain: Georgi Makdisi(1981) menjelaskan bahwa madrasah merupakan
transformasi institusi pendidikan dari masjid ke madrasah secara tidak langsung
melalui tiga tahab; pertama:tahab masjid, Kedua:tahab masjid-khan, ketiga: tahab
madrasah. Sedang menurut Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa transformasi masjid ke
madrasah terjadi secara langsung, karna disebabkan oleh konsekuensi logis dari
semakin ramainya kegiatan yg dilaksanakan di masjid yg tidak hanya kegiatan
ibadah mahdhah namun juga pendidikan, politik dan sebagainya.
Terkait dengan sejarah munculnya madrasah pertama sekali, para pemerhati
sejarah terjadi perbedaan pendapat, menurut Ali
al Jumbulati (1994) mengatakan sebelum abad ke-10 telah berdiriMadrasah
al baihaqiah di kota Nisabur, yg didirikan oleh Abu Hasan al-Baihaqi (w.414H).
menurut syalabi (dalam Mehdi,2003) bahwa Nizham Al Muluk adalah orang yang
sangat berjasa kepada para sarjana syafiiyah dan para Teolog Asy’ariyah untuk
mengembalikan mereka ke Nisyapur untuk melanjutkan karir Ilmiahnya yg
sebelumnya mengasingkan diri ke Hijaz.
Pada pembahasan makalah ini akan menitik beratkan pada studi madrasah
Nizhamiyah yang dianggap oleh kalangan sejarah sebagai madrasah pertama yang
berdiri dalam artian bahwa madrasah Nizhamiyah merupak Pondasi sekaligus
Prototype dari kelanjutan pendidikan Islam saat ini. Madrasah Nizhamiyah
seperti disebut di awal didirikan oleh Nizham Al Muluk dengan nama aslinya
adalah Abu Ali al Hasan bin Ali binIshaq at Tusi, seorang perdana menteri Dinasti
salajikah pada masa sultan Alp-Arslan dan Sultan maliksyah pada abad ke 5 /
abad ke 11 M, dan diresmikan pada tahun 459 H/1067 M.
Adapaun latar belakang Madrasah Nizhamiyah antara lain :
1.
Latar belakang berdirinya Madrasah Nizhamiyah
Latar belakang berdirinya
Madrasah Nizhamiyah yang paling mendasar dalam beberapa literatur sejarah
peradaban Islam adalah adanya perseteruan antara kelompok sunni Dinasti Saljuk
dengan kelompok Syiah Dinasti fatimiyah di Mesir, Dinasti Saljuq berkeyakinan
bahwa Ideologi harus dilawan dengan Ideologi, karenanya Institusi Madrasah
merupakan alat atau senjata untuk
melawan Syiah dengan menanamkan doktrin-doktrin sunni.[4]
Menurut Mahmud
Yunus, di antara motivasi pendirian banyak madrasah di masa pengaruh Turki
(Saljuk) adalah untuk mengambil hati rakyat, mengharap pahala dan ampunan dari
Allah, memelihara kehidupan anak-anaknya dikemudian hari, memperkuat aliran
keagamaan bagi sultan atau pembesar. Motif-motif ini, terutama motif politik
dan motif doktrin keagamaan tampak dominan pada Madrasah Nizamiyah. Keterangan
yang mendukung hal tersebut adalah sebagai berikut: Diakui bahwa penaklukan
Bani Saljuk terhadap Dinasti Buwaihi di Irak dan masuknya mereka ke kota
Baghdad pada tanggal 25 Muharram 447H, merupakan kemenangan Ahlussunnah
terhadap Syi'ah. Penguasa Saljuk-mereka merupakan pengikut fanatik
Sunni-menginginkan akidah mereka tertanam kuat dan terkikisnya paham-paham Syi'ah.
Hal itu akan dapat terealisasikan dengan jalan penyebaran ilmu, untuk itu
mereka mendirikan madrasah.[5]
2. Sistem pendidikan Madrasah Nizhamiyah
Berikut secara
sederhana akan dibahas komponen-komponen pendidikan yang terdapat pada Madrasah
Nizhamiyah yang dianggap sebagai model bagi system pendidikan modern:
a. Tujuan Pendidikan Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Menurut Abdul
Majid Abdul Futuh dalam buku karya (Abuddin Nata, 2004: 65): tujuan pokok
pendidikan Madrasah Nizhamiyah: Pertama, mengkader calon-calon ulama yang
menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syi’ah; kedua,
menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab Sunni dan
menyebarkannya ketempat lain; ketiga, membentuk kelompok pekerja Sunni untuk
berpartisipasi dalam menjalankan pemerintah, memimpin kantornya, khususnya
dibidang peradilan dan manajemen.
b. Kurikulum dan Metode Pengajaran Madrasah
Nizhamiyah Baghdad
Mahmud Yunus
mengatakan bahwa kurikulum Madrasah Nizhamiyah tidak diketahui dengan jelas.
Namun dapat disimpulkan bahwa materi-materi ilmu syari’ah diajarkan disini
sedangkan ilmu hikmah (filsafat) tidak diajarkan. Fakta-fakta yang mendukung
pernyataan ini adalah: pertama, tidak ada seorangpun diantara ahli sejarah yang
mengatakan bahwa diantara materi pelajaran terdapat ilmu-ilmu umum. Kedua,
guru-guru
yang mengajar
di Madrasah Nizhamiyah merupakan ulama-ulama Syari’ah. Ketiga, pendiri Madrasah
ini bukanlah pembela filsafat. Keempat, zaman berdirinya Madrasah ini merupakan
zaman penindasan ilmu filsafat dan para filosof.
Dengan
terfokusnya pengajaran di Madrasah Nizhamiyah kepada ilmu-ilmu syariah,
tentulah ilmu fiqh mendapat perioritas utama. Pembahasan fiqh yang menyangkut
hampir semua masalah-masalah kemasyarakatan, memang tepat sebagai bekal untuk
calon-calon birokrat atau pemimpin masyarakat kala itu. Pengajaran fiqh yang bertumpu kepada
pemahaman sumber-sumber yang berbahasa Arab, maka penguasaan bahasa Arab
berikut ilmu pendukungnya sangat ditekankan.
Pelajaran di Madrasah Nizhamiyah berpusat pada Al-Quran (membaca, menghafal
dan menulis), sastra Arab, sejarah Nabi Muhammad SAW dan berhitung dengan
menitikberatkan pada mazhab Syafi’I dan system teologi Asy’ ariyah.
c. Tenaga pengajar dan pelajar Madrasah
Nizhamiyah Baghdad
Madrasah
Nizhamiyah merupakan lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan pendidikan
tingkat tinggi pula. Oleh karena itu, pemilihan guru-guru yang mengajar di
Madrasah ini sangat selektif. Ulama-ulama terkemuka pada waktu itu dan
guru-guru besar yang masyhur dan mempunyai kompetensi di bidangnyalah yang
dipilih untuk mengajar. Status guru-guru tersebut ditetapkan dengan
pengangkatan oleh khalifah dan bertugas dalam masa tertentu.
Menurut Mahmud
Yunus dalam buku karya (Samsul Nizar, 2007: 164), guru-guru yang memberikan
pelajaran di Madrasah Nizhamiyah antara lain yaitu:
1)
Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi, seorang faqih Baghdad
2)
Syekh Abu Nasr as-Sabbagh
3)
Abu Abdullah at-Tabari
4)
Abu Muhammad asy-Syirazi
5)
Abu Qasim al-Alawi
6)
At-Tibrizi
7)
Al-Qazwini
8)
Al-Fairuzabadi
9)
Imam al-Haramain Abdul Ma’ali al-Juwaini
10)
Imam al-Ghazali.
d. Pendanaan dan Sarana Madrasah Nizhamiyah
Baghdad
Sumber dana
yang paling lazim bagi pembangunan Madrasah adalah lembaga wakaf, sebuah cara
tradisional dalam Islam untuk mendukung lembaga yang melayani kebutuhan
masyarakat umum (Abuddin Nata, 2004: 70). Dalam pembangunan Madrasah, Wazir
Nizam Al-Mulk menyediakan dana wakaf untuk membiayai mudarris, imam dan juga
mahasiswa yang menerima beasiswa dan fasilitas asrama. Dengan dana itu, ia
mendirikan Madrasah-Madrasah Nizhamiyah di hampir seluruh wilayah kekuasaan
Bani Saljuk saat itu. mendirikan perpustakaan dengan lebih kurang 6.000 jilid
buku lengkap dengan katalognya, serta para pegawai dan sisitem yang memudahkan
dalam hal aktifitas peminjaman buku.[6]
B. Pengaruh Madrasah Nizhamiyah Terhadap
Pendidikan Islam
Madrasah Nizhamiayah telah banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat,
baik di bidang politik, ekonomi, maupun bidang sosial keagamaan.
Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan
lingkungan dan keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Ajaran yang diberikan di Madrasah
Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat pada saat itu, Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama
terkemuka, Madrasah ini memfokuskan pada pelajaran fiqh yang dianggap sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya dalam rangka hidup dan kehidupan yang
sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka.[7]
Kehadiran Madrasah Nizhamiyah telah memberi pengaruh yang besar pada
masyarakat baik bidang politik, ekonomi, maupun sosial keagamaan .Dalam bidang
ekomomi, madrasah ini telah menghasilkan lulusan yang siap menjadi pegawai
pemerintah dibidang hukum dan administrasi. Pada sosial keagamaan, madrasah
yang memfokuskan pada ajaran fiqih, dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat
umumnya.
Madrasah pada zaman Abbasiyah ini tampaknya ditangani langsung dan serius
oleh pemerintah. Melalui lembaga madrasah muncullah kecintaan dan gairah pada
intelektual islam terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dibuktikan dari
berbagai ilmu agama dan sains yang mereka hasilkan.
Mengingat gurunya adalah ulama besar yang termasyhur salah satunya adalah
Abu Hamid bin Muhammad al- Ghazali. Al- ghazali terkenal dengan asas
mengajarnya, yaitu:
1. Memperhatikan tingkat daya berpikir anak
2. Menerangkan pelajaran dengan jelas
3. Mengajarkan dari konkrit ke abstrak
4. Mengajarkan ilmu pengetahuan secara
berangsur-angsur.
Ada beberapa hal yang dapat di ambil dari sejarah berdirinya Madrasah
Nizhamiyah serta perkembanganya, dan dapat di aplikasikan ke sistem pendidikan
Islam dewasa ini antara lain:
1. Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam di
jadikan sebagai sarana atau wadah dalam menghidupkan mazhab-mazhab;mazhab Sunni
dan paham teologi Asy’ariyah.
2. Madrsah sebagai Institusi pendidikan Islam
juga di jadikan sebagai tempat untuk
pengembangan Ilmu-Ilmu Islam antara lain Ilmu Fiqih,Al qur’an dan tafsir,
Hadis, Ilmu hadis, nahwu ,sharaf, bahasa arab dan kesusasteraan.
3. Madrasah sebagai Institusi pendidikan Islam
dijadikan sebagai panjang tangan untuk memperhatikan kekuasaan dan pergumulan
pemikiran keagamaan, sehingga banyak madrasah nizhamiyah didirikan diberbagai daerah; kota Balkh, nisabur,
Isfahan Mosul,Basra, Tibristan dll
4. Nizamul al mulk dalam mengelola pendidikan
baik sebagai pencetus ide pertama berdirinya, sekaligus sebagai bagian dari
pemerintah saat itu, selalu menunjukkan kesungguhannya hal ini tercermin dalam
kesediaan menyisihkan waktunya untuk memantau secara langsung proses pendidikan
dengan mengadakan kunjungan kemadrasah madrasah Nizamiyyah diberbagai kota.
Bahkan Ia ikut terlibat dalam menyimak dan mendengarkan kuliah kuliah yang
diberikan dan jga ikut memberikan sumbangan pemikiran di depan para pelajar di
madrasah tersebut.
5. Madrasah Nizhamiyah sebagi institusi
pendidikan Islam Mengajarkan Al Qur’an, membaca, menghafal dan menulis (
sebagai pusat kurikulum) satra arab dan sejarah Nabi Saw dan berhitung serta
menitik beratkan pada mazhab syafii dan teologi Asy’ariyah. Tenaga pengajar
selalu berdiri didepan ruang kelas meenyajikan materi2 kuliah sementara pelajar
mendengarkan dengan khidmat sambil mencatat, selanjutnya diadakan dialog
(antara murid dan guru) terkait dengan materi2 yg dibahas.
6. Status para pengajar ditentukan
pengangkatanaya oleh pemerintah
7. Keterlibatan pemerintah tidak hanya sebatas
perhatiannya saja, namun juga telah menyediakan alokasi dana yang cukup besar
untuk keperluan fisik dan non fisik ( beasiswa bagi pelajar, pensiun bagi
pengajar).
8. Dan yang terakhir adalah proses pendirian
madrasah Nizhamiyah telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, pemerintah dan
ulama dan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa madrasah Nizamiyyah merupakan
kemauan dan keinginan bersama bukan sepihak. Disamping itu juga ia bis
dijadikan sebagai cermin dalam mencermati gambaran dan kondisi masyarakat saat
itu.[8]
BAB III
Kesimpulan
A. Sejarah Berdirinya Madrasah Nizhamiyah
Penjelmaan istilah madrasah sendiri secara definitif baru muncul pada abad
Ke-11, penjelmaan istilah “madrasah” merupakan Tranformasi dari masjid ke
madrasah ada beberapa teori yg berkembang seputar proses transformasi tersebut
antaralain: Georgi Makdisi(1981) menjelaskan bahwa madrasah merupakan
transformasi institusi pendidikan dari masjid ke madrasah secara tidak langsung
melalui tiga tahab; pertama:tahab masjid, Kedua:tahab masjid-khan, ketiga:
tahab madrasah. Sedang menurut Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa transformasi
masjid ke madrasah terjadi secara langsung, karna disebabkan oleh konsekuensi
logis dari semakin ramainya kegiatan yg dilaksanakan di masjid yg tidak hanya
kegiatan ibadah mahdhah namun juga pendidikan, politik dan sebagainya.
Latar belakang berdirinya Madrasah
Nizhamiyah yang paling mendasar dalam beberapa literatur sejarah peradaban
Islam adalah adanya perseteruan antara kelompok sunni Dinasti Saljuk dengan
kelompok Syiah Dinasti fatimiyah di Mesir, Dinasti Saljuq berkeyakinan bahwa Ideologi
harus dilawan dengan Ideologi, karenanya Institusi Madrasah merupakan alat atau senjata untuk melawan Syiah dengan
menanamkan doktrin-doktrin sunni.
Menurut Mahmud Yunus, di antara motivasi pendirian banyak madrasah di masa
pengaruh Turki (Saljuk) adalah untuk mengambil hati rakyat, mengharap pahala
dan ampunan dari Allah, memelihara kehidupan anak-anaknya dikemudian hari,
memperkuat aliran keagamaan bagi sultan atau pembesar. Motif-motif ini,
terutama motif politik dan motif doktrin keagamaan tampak dominan pada Madrasah
Nizamiyah. Keterangan yang mendukung hal tersebut adalah sebagai berikut:
Diakui bahwa penaklukan Bani Saljuk terhadap Dinasti Buwaihi di Irak dan
masuknya mereka ke kota Baghdad pada tanggal 25 Muharram 447H, merupakan
kemenangan Ahlussunnah terhadap Syi'ah. Penguasa Saljuk-mereka merupakan
pengikut fanatik Sunni-menginginkan akidah mereka tertanam kuat dan terkikisnya
paham-paham Syi'ah. Hal itu akan dapat terealisasikan dengan jalan penyebaran
ilmu, untuk itu mereka mendirikan madrasah.
B. Pengaruh Madrasah Nizhamiyah Terhadap
Pendidikan Islam
Ada beberapa hal yang dapat di ambil dari sejarah berdirinya Madrasah
Nizhamiyah serta perkembanganya, dan dapat di aplikasikan ke sistem pendidikan
Islam dewasa ini antara lain:
1. Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam di
jadikan sebagai sarana atau wadah dalam menghidupkan mazhab-mazhab;mazhab Sunni
dan paham teologi Asy’ariyah.
2. Madrsah sebagai Institusi pendidikan Islam
juga di jadikan sebagai tempat untuk
pengembangan Ilmu-Ilmu Islam antara lain Ilmu Fiqih,Al qur’an dan tafsir,
Hadis, Ilmu hadis, nahwu ,sharaf, bahasa arab dan kesusasteraan.
3. Madrasah sebagai Institusi pendidikan Islam
dijadikan sebagai panjang tangan untuk memperhatikan kekuasaan dan pergumulan
pemikiran keagamaan, sehingga banyak madrasah nizhamiyah didirikan diberbagai daerah; kota Balkh, nisabur,
Isfahan Mosul,Basra, Tibristan dll
4. Nizamul al mulk dalam mengelola pendidikan
baik sebagai pencetus ide pertama berdirinya, sekaligus sebagai bagian dari
pemerintah saat itu, selalu menunjukkan kesungguhannya hal ini tercermin dalam
kesediaan menyisihkan waktunya untuk memantau secara langsung proses pendidikan
dengan mengadakan kunjungan kemadrasah madrasah Nizamiyyah diberbagai kota.
Bahkan Ia ikut terlibat dalam menyimak dan mendengarkan kuliah kuliah yang
diberikan dan jga ikut memberikan sumbangan pemikiran di depan para pelajar di
madrasah tersebut.
5. Madrasah Nizhamiyah sebagi institusi
pendidikan Islam Mengajarkan Al Qur’an, membaca, menghafal dan menulis (
sebagai pusat kurikulum) satra arab dan sejarah Nabi Saw dan berhitung serta
menitik beratkan pada mazhab syafii dan teologi Asy’ariyah. Tenaga pengajar
selalu berdiri didepan ruang kelas meenyajikan materi2 kuliah sementara pelajar
mendengarkan dengan khidmat sambil mencatat, selanjutnya diadakan dialog
(antara murid dan guru) terkait dengan materi2 yg dibahas.
6. Status para pengajar ditentukan
pengangkatanaya oleh pemerintah
7. Keterlibatan pemerintah tidak hanya sebatas
perhatiannya saja, namun juga telah menyediakan alokasi dana yang cukup besar
untuk keperluan fisik dan non fisik ( beasiswa bagi pelajar, pensiun bagi
pengajar).
Dan yang
terakhir adalah proses pendirian madrasah Nizhamiyah telah mendapat dukungan
dari berbagai pihak, pemerintah dan ulama dan masyarakat, hal ini menunjukkan
bahwa madrasah Nizamiyyah merupakan kemauan dan keinginan bersama bukan
sepihak. Disamping itu juga ia bis dijadikan sebagai cermin dalam mencermati
gambaran dan kondisi masyarakat saat itu.
[2] Ibid hal 12
[3] Ibid hal 214
[5] Ibid hal 122
[6] Ibid hal 123-124
[8] Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan
Islam, Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan, Bandung: Citapustaka
Media, Edisi Revisi, 2007, hal 70.
Daftar Pustaka
Asari Hasan, Menyingkap
Zaman Keemasan Islam, Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan, Bandung: Citapustaka
Media, Edisi Revisi, 2007.
Suwito dkk, Sejarah sosial pendidikan Islam, kencana , Jakarta 2008.
Yatim Badri, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000.
No comments:
Post a Comment