SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
Biografi, Pola, Pusat dan Sistem Pendidikan
Makalah
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Indonesia
Dosen
Pengampu: Ustadz Taufik Rizki Sista, M.Pd.
Oleh :
Abdul latip A
Ahmad Basori
Poetra Santoso
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1438/2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zaman Modern sekarang ini, banyak anak muda yang sudah
meninggalkan sejarah, terutama tentang sejarah pendidikan islam. Dimana sejarah
memberikan pemahaman tentang Pendidikan islam pada zaman Rasulullah Saw sampai
sekarang ini. Namun, pada kenyataannya banyak sekali sejarah-sejarah islam yang
sedikit demi sedikit dihapuskan dari sanubari ummat islam sehingga ummat islam
lupa akan identitasnya sebagai muslim.
Pendidikan adalah hal yang penting dalam kehidupan
setiap manusia. Dengan pendidikan manusia dapat menciptakan sesuatu yang dahulu
tidak ada menjadi ada, yang dahulu tidak mungkin menjadi sesuatu yang sangat
mungkin. Maka islam sangat memperhatikan pendidikan terutama pendidikan islam.
Pendidikan islam adalah pendidikan yang diarahkan
kepada perbaikan mental yang diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan, baik untuk
keperluan diri sendiri maupun untuk keperluan orang lain yang bersifat teoritis
maupun praktis[1]. Pendidikan
islam berlandaskan kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Pemikiran Islam (Ijtihad),
Sejarah Islam dan realitas kehidupan.
Islam sangat memperhatikan Pendidikan, ini dibuktikan
oleh sejarah yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw sangat berjuang untuk
mendidik pada zaman jahiliyah walaupun diiringi dengan kecaman masyarakat,
hinaan serta ancaman yang diterima olehNYA.
Rasulullah Saw mengabdikan diriNYA untuk Allah Swt
dengan menyebarkan ajaran yang Haqiqi yakni islam selama kurang lebih 23 tahun
setelah diangkat ke-RasulanNYA. Pendidikan yang disampaikan bermula dari kota
mekkah ditengah-tengah kaum jahiliyah yang sangat tidak suka kepadaNYA. Di
Mekkah, Pendidikan difokuskan untuk memperbaiki Tauhid[2]
para kaum jahiliyah untuk keluar dari kebodohannya dalam hal aqidah.
Setelah dari mekkah Rasul Saw melanjutkan dakwahnya dengan
berhijrah dari mekkah ke madinah. Di Madinah, Pendidikan yang disampaikan oleh
Rasulullah Saw sangat disambut baik dan disana Rasulullah Saw dapat berdakwah
dengan sedikit bebas, karena di Madinah sudah banyak orang islam yang menunggu
Rasulullah Saw untuk menyampaikan risalah yang diberikan Allah Swt kepadaNYA.
Pendidikan islam tidak hanya dilakukan pada masa
Rasulullah Saw saja, Setelah Rasulullah Saw wafat, pendidikan islam dilanjutkan
oleh Khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khottob, Utsman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Maka, penulis ingin mengenalkan Pendidikan Islam yang
dilakukan oleh Khulafaurrasyidin ketika masa pemerintahannya sampai kepada masa
berakhirnya Khulafaurrasyidin. Penulis mengambil judul “Pendidikan Islam pada
Masa Khulafaurrasyidin”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa Khulafaurrasyidin?
2. Bagaimana pola pendidikan Islam pada masa
Khulafaurrasyidin?
3. Dimana pusat pendidikan islam dan
bagaimana system pendidikan pada masa Khulafaurrasyidin?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengatahui biografi khulafaurrasyidin
2. Mengetahui pola pendidikan islam pada masa
Khulafaurrasyidin
3. Mengetahui pusat dan system pendidikan
islam pada masa Khulafaurrasyidin.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Biografi Khulafaurrasyidin
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin
Abi Kuhafah Al-Tamimi dan mempunyai nama kecil yaitu Abdul ka’bah[3]
yang kemudian diubah oleh Rasulullah Saw menjadi Abdullah. Nama Abu Bakar
adalah suatu gelar yang diberikan oleh Rasulullah Saw kepada sahabat Nabi Saw
ini karena cepatnya dia masuk islam (al-sabuqunal awwalun yaitu golongan
pertama yang masuk islam). Sedangkan Gelar Ash-Shiddiq yang berarti
“membenarkan” adalah gelar yang diberikan kepadanya lantaran dia segera
membenarkan Rasulullah Saw dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj serta peristiwa yang
lainnya.
Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan
dikota mekkah pada bulan oktober tahun 572 M. Nama ayahnya adalah Utsman Bin
Amir dan nama ibunya adalah Ummu Khair Sakhar. Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan
ditengah-tengah keluarga yang terhormat yaitu dari suku Taim (ayah) dan suku
Quraisy (ibu)[4].
Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat di madinah 23 Agustus 634 M. Masa kepemimpinannya
2,5 tahun.
2. Umar bin Khatthab
Nama lengkapnya adalah ‘Umar bin
Al-Khattab. Umar dilahirkan ditengah suku adi yang merupakan salah satu rumpun
suku Quraisy. Umar dilahirkan di Mekkah tahun 581 M[5].
Nama ayahnya Khaththab bin Nufail Al-Mahzumi Al-Quraisyi dan nama ibunya
Hantamah binti Hasyim yang keduanya merupakan keturunan dari suku adi. Umar
mendapat julukan dari Nabi Saw yaitu Al-Faruq.
Umar bin khattab dikenal sebagai
pemuda yang pemberani, bahkan banyak yang takut dengan keberaniannya. Umar
adalah sahabat yang sebelumnya tidak memeluk islam ketika Nabi Saw menerima
wahyu pertama bahkan Umar ingin sekali membunuh Nabi Saw. Namun, pada akhirnya
Umar bin Khattab luluh ketika mendengar Fatimah adiknya sendiri membacakan
surat thoha ayat 1-8 sehingga Umar bin Khattab masuk islam dan ketika itulah
Rasulullah Saw mulai berdakwah dengan terang-terangan karena telah mendapat
perlindungan dari Umar bin Khattab. Umar wafat di madinah 7 november 644 M.
3. Utsman bin Affan
Nama lengkapnya adalah
Utsman bin Affan Zunnurain[6].
Lahir di Taif pada tahun 574 M. Utsman lahir dari keturunan Bani Umayyah, nama
ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Utsman juga merupakan salah satu
dari As-Sabiqun Al-Awwalun. Diberikan julukan Zunnurain karena Utsman telah
menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasulullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu
Kultsum. Utsman wafat di madinah 17 juli 656 M.
4. Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib
merupakan Khalifah yang terakhir pada masa Khulafaurrasyidin. Lahir di Mekkah
daerah Hejaz, jazirah Arab. 13 Rajab 599 M. Ali bin Abi Thalib juga seseorang
yang paling pertama masuk islam dikalangan anak kecil. Ali bin Abi Thalib juga
merupakan Sepupu[7]
sekaligus menantu karena telah menikahi putri Rasulullah Saw yaitu Fatimah
Az-Zahra.
Dari segi keturunan,
Ayahnya yakni Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf adalah
kakak kandung dari Ayah Nabi Saw (Abdullah bin Abdul Muthalib). Sementara
Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ketika lahir,
ibunya memberi nama Haidarah, namun sang ayah kemudaian menggantinya dengan
nama Ali[8].
Ketika berusia 6 tahun, Ali diasuh oleh Nabi Saw. Seperti halnya sang Nabi
pernah diasuh oleh orang tua Ali. Dan ketika Ali berumur 10 tahun, Muhammad Saw
diangkat menjadi Rasul. Ali wafat di irak 28 januari 661 M.
B. Pola Pendidikan
Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
1.
Masa Abu Bakar al-Shiddiq (632-634 M)
Pendidikan
dimasa ini tidak banyak mengalami perubahan sejak masa Rasulullah SAW. Yakni
berkisar pada materi pendidikan seputar tauhid, akhlak, ibadah, kesehatan[9].
a. Pendidikan
keimanan (Tauhid) yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah
adalah Allah.
b. Pendidikan Akhlak, seperti adab masuk rumah orang
lain, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat dan lain sebagainya.
c. Pendidikan Ibadah, seperti pelaksanaan sholat, puasa
dan haji.
d. Kesehatan, seperti kebersihan, gerak gerik dalam
shalat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani[10].
Ahmad Syalabi
menegaskan lembaga untuk belajar membaca dan menulis pada saat itu disebut
dengan Kuttab setelah masjid yang juga berfungsi untuk tempat belajar,
ibadah dan musyawarah. Sedangkan pusat pembelajaran pada masa ini adalah kota
madinah dan tenaga pendidiknya adalah para sahabat Rasulullah Saw. Yang
terdekat[11].
2. Masa Umar bin
Khatthab (634-644 M)
Pola
pendidikan pada masa ini juga tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya, namun
mengalami perkembangan. Beliau mengadakan penyuluhan di kota madinah. Beliau
juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan mengangkat guru dari
sahabat-sahabat untuk tiap-tiap daerah taklukkan yang tidak hanya bertugas
mengajarkan Al-Qur’an, akan tetapi dibidang fiqih juga. Adapun tenaga pengajar
berasal dari sahabat yang senior yaitu Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin
Al-Hasyim (di basrah), Abdurrahman bin Ghanam (syiria), Hasan bin Abi Jabalah
(di Mesir)[12].
Adapun
materi pelajaran yang diberikan meliputi membaca dan menulis Al-Qur’an dan
menghafalkannya serta belajar pokok-pokok agama Islam. Pada masa ini juga
terdapat pengajaran bahasa arab, karena orang yang baru masuk islam dari daerah
yang ditaklukkan harus belajar dan memaham pengetahuan Islam.
Pendidikan
dikelola dibawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi
kemajuan diberbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan
sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambil dari daerah
yang ditaklukkan dan dari baitulmal.
3. Masa Utsman bin
‘Affan (644-656 M)
Pada masa ini
terdapat kebijakan bahwa sahabat berkenan untuk keluar dari madinah dan menetap
ditempat yang mereka sukai, karena pada masa sebelumnya sahabat dilarang keluar
dari madinah. Kebijakan yang dibuat Utsman bin Affan ini membuat para penuntut
ilmu tidak merasa kesulitan lagi untuk belajar ke madinah[13].
Khalifah
Utsman bin Affan merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun
begitu ada satu usaha yang cemerlang yang telah terjadi pada masa ini dan
sangat berpengaruh luar biasa bagi pendidikan islam, yaitu mengumpulkan tulisan
ayat-ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan
Al-Qur’an. Berdasar hal tersebut, Khalifah Utsaman memerintahkan kepada tim
yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash dan
Abdurrahman bin Harits[14].
4. Masa Ali bin Abi
Thalib (656-611 M)
Pada masa
pemerintahan yang tidak stabil selama enam tahun ini pendidikan islam mendapat
hambatan dikarenakan khalifah sendiri tidak sempat memikirkannya terlalu sibuk
untuk menyelesaikan permasalah politik dan pemberontakan yang disebabkan oleh
kebijakan Khalifah yang memecat gubernur-gubernur yang diangkat oleh khalifah
sebelumnya namun kebijakan tersebut ditolak dan bahkan banyak yang tidak
mengakui kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dengan begitu, berarti pola
pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya yang sudah berjalan[15].
C. Pusat dan Sistem
Pendidikan Islam
Perkembangan penyampaian ajaran islam
bukan hanya di mekkah dan madinah tapi lebih luas dari pada itu, yaitu di
pusat-pusat wilayah yang baru dikuasai oleh islam, maka berdirilah pusat-pusat
pendidikan yang memberikan pengajaran agama islam kepada para penduduk setempat
ataupun para penduduk yang datang dari daerah lain[16].
Pada masa pertumbuhan islam terdapat
beberapa madrasah yang terkenal, yaitu sebagai berikut :
1. Madrasah Mekkah
2. Madrasah Madinah
3. Madrasah Basrah
4. Madrasah Kufah
5. Madrasah Damsyik (Syam)
6. Madrasah Fistat (Mesir)[17].
Pusat-pusat
Pendidikan pada masa Khulafaurrasyidin dan sahabat atau guru yang dikirim ke
luar Jazirah Arab adalah sebagai berikut :
1. Mekkah, guru pertama di Mekkah adalah Muaz
bin Jabal yang mengajarkan Al-Qur’an dan fiqh.
2. Madinah, Sahabat yang terkenal di Madinah,
antara lain Abu Bakar, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat
lainnya yang mengajarkan membaca dan menulis dan lain-lain.
3. Basrah, Sahabat yang termasyhur di Basrah,
antara lain Abu Musa Al-Asy’ari, seorang ahli fiqh dan Al-Qur’an.
4. Kuffah, Sahabat-sahabat yang termasyhur di
Kuffah adalah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud
mengajarkan Al-Qur’an. Ia adalah ahli tafsir, hadist dan fiqh.
5. Damsyik (Damaskus/Syam). Setelah Syam
menjadi bagian Negara islam dan penduduknya banyak yang beragama islam,
Khalifah Umar mengirimkan tiga orang guru ke Negara itu, yaitu Mu’az bin Jabal,
Ubaidah, dan Abu Darda’. Ketiga sahabat ini mengajar ditempat yang berbeda di
Syam. Abu Darda’ di Damsyik, Mu’az bin Jabal di palestina, dan Ubaidah di
Hims/Mesir.
6. Mesir, Sahabat yang mula-mula mendirikan
madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash. Ia adalah
seorang ahli hadist.
Sedangkan system pendidikan islam
secara umum pada masa Khulafaurrasyidin dilakukan secara mandiri, tidak
dikelola oleh pemerintah, kecuali pada mada Khalifah Umar bin Khattab yang
turut ikut campur dalam menambahkan materi kurikulim pada lembaga kuttab.
Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa Khalifah sebelum Umar bin
Khattab, untuk pendidikan dasar yaitu :
1. Membaca dan menulis
2. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
3. Pokok-pokok agama islam, seperti wudhu,
shalat, shaum dan sebagainya.
Ketika
Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah, Ia menginstruksikan kepada penduduk
kota agar anak-anak diajari:
1. Berenang
2. Mengendarai unta
3. Memanah
Sedangkan
materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari :
1. Al-Qur’an dan tafsirnya
2. Hadist dan pengumpulannya
3. Fiqh (tasyri’)
Pusat dan system pendidikan ini terus
berlanjut sampai pada khalifah terakhir Ali bin Abi Thalib.
BAB III
KESIMPULAN
A. Biografi Khulafaurrasyidin
Abu
Bakar Ash-Shiddiq mempunyai nama lengkap Abdullah bin Abi Kuhafah Al-Tamimi dan
mempunyai nama kecil yaitu Abdul ka’bah yang kemudian diubah oleh Rasulullah
Saw menjadi Abdullah. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah gelar yang diberikan
Rasulullah Saw padanya. Beliau lahir di mekkah bulan oktober 572 M ditengah
suku taim dan suku quraisy. Beliau wafat di madinah 23 Agustus 634 M.
‘Umar bin Al-Khattab lahir di Mekkah tahun
581 M ditengah suku adi. Nama ayahnya Khaththab bin Nufail Al-Mahzumi
Al-Quraisyi dan nama ibunya Hantamah binti Hasyim yang keduanya merupakan
keturunan dari suku adi. Umar mendapat julukan dari Nabi Saw yaitu Al-Faruq.
Utsman bin Affan Zunnurain Lahir di Taif
pada tahun 574 M. Utsman lahir dari keturunan Bani Umayyah, nama ibunya adalah
Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Utsman juga merupakan salah satu dari As-Sabiqun
Al-Awwalun. Diberikan julukan Zunnurain karena Utsman telah menikahi puteri
kedua dan ketiga dari Rasulullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum
Ali
bin Abi Thalib Lahir di Mekkah daerah Hejaz, jazirah Arab. 13 Rajab 599 M. Ali
bin Abi Thalib juga seseorang yang paling pertama masuk islam dikalangan anak
kecil. Ali bin Abi Thalib juga merupakan Sepupu[18]
sekaligus menantu karena telah menikahi putri Rasulullah Saw yaitu Fatimah
Az-Zahra.
B. Pola Pendidikan
Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Pendidikan pada
masa abu bakar Ash-Shidiq tidak banyak mengalami perubahan sejak masa
Rasulullah SAW. Yakni berkisar pada materi pendidikan seputar tauhid, akhlak,
ibadah, kesehatan. Lembaga untuk belajar membaca dan menulis pada saat itu
disebut dengan Kuttab. Sedangkan pusat pembelajaran pada masa ini adalah
kota madinah dan tenaga pendidiknya adalah para sahabat Rasulullah Saw. Yang
terdekat.
Pola
pendidikan pada masa Umar bin Khatthab ini juga tidak jauh berbeda dengan masa
sebelumnya, namun mengalami perkembangan. Beliau menerapkan pendidikan di
masjid-masjid dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap daerah
taklukkan yang tidak hanya bertugas mengajarkan Al-Qur’an, akan tetapi dibidang
fiqih juga. Pada masa ini juga terdapat pengajaran bahasa arab. Adapun materi
pelajaran yang diberikan meliputi membaca dan menulis Al-Qur’an dan
menghafalkannya serta belajar pokok-pokok agama Islam.
Khalifah
Utsman bin Affan merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, Pada masa ini terdapat kebijakan bahwa sahabat
berkenan untuk keluar dari madinah dan menetap ditempat yang mereka sukai,
karena pada masa sebelumnya sahabat dilarang keluar dari madinah. Kebijakan
yang dibuat Utsman bin Affan ini membuat para penuntut ilmu tidak merasa
kesulitan lagi untuk belajar ke madinah.
Pada masa Ali bin
Abi Thalib selama enam tahun ini pendidikan islam mendapat hambatan dikarenakan
khalifah sendiri tidak sempat memikirkannya terlalu sibuk untuk menyelesaikan
permasalah politik dan pemberontakan yang disebabkan oleh kebijakan Khalifah
yang memecat gubernur-gubernur yang diangkat oleh khalifah sebelumnya.
C. Pusat dan Sistem
Pendidikan Islam
Pusat-pusat
Pendidikan pada masa Khulafaurrasyidin sebagai berikut : Mekkah, Madinah, Basrah,
Kuffah, Damsyik dan Mesir.
Materi
pendidikan islam yang diajarkan pada masa Khalifah sebelum Umar bin Khattab,
untuk pendidikan dasar yaitu : Membaca dan menulis, Membaca dan menghafal
Al-Qur’an dan Pokok-pokok agama islam, seperti wudhu, shalat, shaum dan
sebagainya.
Ketika
Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah, Ia menginstruksikan kepada penduduk
kota agar anak-anak diajari: Berenang, Mengendarai unta, Memanah.
Sedangkan
materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari : Al-Qur’an dan
tafsirnya, Hadist dan pengumpulannya dan Fiqh (tasyri’).
[1] Kodir, Abdul, 2015, Sejarah
Pendidikan Islam Dari Masa Rasulullah Hingga Reformasi di Indonesia,
Bandung: Pustaka Setia. h. 18.
[2] Ibid. h. 38.
[3] Sucipto, Hery, 2003, Ensiklopedi
Tokoh Islam Dari Abu Bakr hingga Nasr dan Qardhawi, Bandung: Hikmah. h. 3.
[4] Ibid.
[5] Ibid. h. 39.
[7] Ibid. h. 20.
[8] Ibid. h. 20.
[9] Nizar, Syamsul, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:
Prenada Media. h. 45.
[10] Yunus, Mahmud, 1989, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Hidayakarya Agung. h. 18.
[11] Sjalaby, Ahmad, Sedjarah
Pendididikan Islam, Djakarta: Bulan Bintang. h. 33.
[12] Nizar, Syamsul, op.
cit, h. 47.
[13] Ibid. h. 49
[14] Amin, Samsul Munir,
2009, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah. h. 105.
[15] Nizar, Syamsul, op.
cit, h. 50.
[16] Kodir, Abdul, Op. cit,
h. 60.
[17] Ibid. h. 61-66
[18] Ibid. h. 20.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin,
Samsul Munir, 2009, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah.
Kodir,
Abdul, 2015, Sejarah Pendidikan Islam Dari Masa Rasulullah Hingga Reformasi
di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia.
Nizar,
Syamsul, 2008, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: Prenada Media.
Sjalaby,
Ahmad, Sedjarah Pendididikan Islam, Djakarta: Bulan Bintang.
Sucipto,
Hery, 2003, Ensiklopedi Tokoh Islam Dari Abu Bakr hingga Nasr dan Qardhawi,
Bandung: Hikmah.
Yunus, Mahmud,
1989, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidayakarya Agung.
No comments:
Post a Comment